Padang, fativa.id – Banjir lahar dingin yang menerjang Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), meninggalkan luka yang amat dalam bagi warga yang terdampak di beberapa kecamatan di sekitar Gunung Marapi dan Gunung Singgalang.
Peristiwa tragis yang terjadi pada Sabtu (11/5/2024) malam itu merenggut 37 nyawa dan masih meninggalkan belasan orang hilang. Puluh-an rumah terbawa derasnya arus, serta lahan pertanian yang luas menjadi korban keganasan alam.
Namun, di balik angka-angka yang mengejutkan itu, ada kisah pilu yang memilukan hati. Karmila, salah seorang korban yang terdampak banjir tersebut, berbagi cerita kepada kami. Pada Sabtu malam itu, ia kehilangan dua orang yang dicintainya. Ibu dan ponakannya tersapu arus banjir yang mengamuk.
Nagari Bukik Batabuah, Kabupaten Agam, menjadi saksi bisu kepedihan yang mendalam. Ia menceritakan bahwa saat banjir lahar dingin Gunung Marapi melanda, ia berada di rumahnya beberapa meter dari rumah ibunya. Sedangkan rumah ibunya berada dekat dengan aliran sungai yang menjadi jalur banjir.
“Banjir terjadi, ibu saya bersama adik saya berada di rumahnya yang dekat mushalla. Sementara itu, anak dan keponakan saya sedang rapat bersama pengurus di dalam mushalla,” ujarnya, Senin (13/5/2024).
Pukul 20.00 WIB, arus air semakin membesar dan meluap ke jalan. “Anak saya langsung pulang bersama keponakan, tapi ke rumah ibu saya. Tapi tak lama kemudian, rumah ibu saya terseret banjir,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Banjir yang ganas membuat Karmila dan keluarganya tak bisa keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Setelah banjir surut, Karmila berusaha mencari informasi tentang keluarganya. Namun, apa yang ditemukannya sungguh memilukan.
“Alhamdulillah adik dan anak saya berhasil diselamatkan oleh warga, tapi ibu dan keponakan saya tak beruntung. Mereka tersapu banjir,” katanya dengan suara gemetar.
Jasad ibu Karmila ditemukan pada pukul 01.00 WIB oleh tim penyelamat, sementara keponakannya ditemukan pada pukul 08.00 WIB keesokan harinya. Adik dan anaknya saat ini sedang menjalani perawatan di puskesmas karena luka-luka yang diderita.
Anak Karmila sangat trauma. “Dia sering mengigau, memanggil nama keponakannya saat tidur. Kami berharap agar dia bisa pulih dari trauma ini,” ujarnya, sedih.
Karmila berharap agar bencana seperti ini tidak terulang lagi. Ia juga menyerukan agar pemerintah segera mengambil tindakan preventif untuk mencegah dan menangani bencana serupa di masa depan.
Di Nagari Limo Kaum, Kecamatan Limo Kaum, Kabupaten Tanah Datar, situasi juga suram. Wali Nagari Limo Kaum, Fadhli Tarmizi, mengungkapkan betapa parahnya kerusakan yang disebabkan oleh banjir lahar dingin.(*)
by: andri besman piliang












