Berita untuk Anda
RedaksiArsip

Hujan 30 Menit, Kamp Gaza Langsung Banjir

Hujan deras membanjiri jalan-jalan dan tenda-tenda di Kota Gaza.
Hujan deras membanjiri jalan-jalan dan tenda-tenda di Kota Gaza.

Jakarta – Warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal kembali menghadapi cobaan berat setelah hujan deras membanjiri tenda-tenda pengungsian sementara di Kota Gaza. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa pembatasan bantuan oleh Israel membuat ratusan ribu keluarga semakin kesulitan mendapatkan hunian layak.

Abdulrahman Asaliyah, salah seorang pengungsi, menuturkan kepada Al Jazeera pada Jumat (14/11/2025) bahwa kasur, pakaian, dan barang-barang para warga basah seluruhnya akibat banjir.

“Kami sangat membutuhkan bantuan, terutama tenda baru yang bisa melindungi kami dari dinginnya musim dingin,” ujarnya.

Asaliyah menyampaikan bahwa hampir dua lusin orang telah berjam-jam berupaya mengalirkan air dari area pengungsian tersebut.

“Hujan musim dingin adalah berkah dari Tuhan, namun banyak keluarga yang kini takut kedatangannya karena khawatir keselamatan anak-anak dan hidup mereka sendiri,” tambahnya.

Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa banjir tersebut paling parah dirasakan warga di wilayah utara Jalur Gaza. Daerah itu dihuni kembali oleh ratusan ribu orang setelah perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas bulan lalu.

Banjir juga terjadi di Deir el-Balah, wilayah Gaza tengah. Badan penyelamat mendesak komunitas internasional untuk mengambil langkah nyata dalam mengurangi penderitaan warga yang rumahnya hancur akibat perang dua tahun Israel di wilayah tersebut.

“Kami meminta agar rumah sementara, karavan, dan tenda segera dikirimkan kepada keluarga-keluarga pengungsi, terutama karena musim dingin baru dimulai,” ujar lembaga tersebut.

Meski gencatan senjata 10 Oktober memungkinkan lebih banyak bantuan masuk ke Gaza, PBB dan organisasi kemanusiaan mengatakan pasokan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan vital lainnya masih sangat kurang, termasuk tempat tinggal.

Organisasi bantuan yang fokus pada pemenuhan kebutuhan hunian menyebutkan bahwa pada awal November sekitar 260.000 keluarga Palestina—hampir 1,5 juta jiwa—berada dalam kondisi sangat rentan menghadapi musim dingin.

UNRWA, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina, menyebutkan pekan ini bahwa mereka memiliki persediaan cukup untuk membantu sekitar 1,3 juta orang. Namun, mereka menegaskan bahwa Israel masih mempersulit masuknya bantuan meskipun ada kesepakatan gencatan senjata yang mengharuskan distribusi bagi warga membutuhkan.

“Kami memiliki peluang yang sangat kecil untuk melindungi keluarga dari hujan dan dingin,” kata Angelita Caredda, Direktur Timur Tengah dan Afrika Utara Dewan Pengungsi Norwegia (NRC), dalam pernyataan 5 November.

Dalam laporannya dari Deir el-Balah, jurnalis Al Jazeera, Hind Khoudary, menyebutkan bahwa warga Gaza sangat khawatir menghadapi musim dingin karena minimnya tempat tinggal yang aman.

“Hujan hanya turun sekitar 30 menit, tetapi tenda-tenda langsung tergenang,” ujarnya. “Tenda mereka sudah rapuh dan usang setelah digunakan selama dua tahun.”

Menurutnya, sebagian besar warga tak punya pilihan selain tetap bertahan di kamp pengungsian meskipun kondisi semakin sulit.

“Kami melihat anak-anak berjalan tanpa alas kaki. Mereka tidak punya pakaian musim dingin atau selimut. Sementara itu, bantuan yang masuk juga dibatasi,” kata Khoudary.

Di Kota Gaza, seorang pengungsi lain, Abu Ghassan, mengatakan keluarganya kini hidup dalam kondisi yang jauh dari normal.

“Saya mencoba mengangkat kasur agar anak-anak tidak kebasahan,” tuturnya kepada Al Jazeera. “Tapi mereka tetap basah kuyup. Kami bahkan tidak memiliki tenda yang layak.”(des*)

Exit mobile version