Berita untuk Anda
RedaksiArsip

Awas Kolang-Kaling Berformalin! Kenali Ciri-Cirinya Sebelum Membeli

Beberapa hal bisa membuat konsumsi kolang-kaling jadi berbahaya.
Beberapa hal bisa membuat konsumsi kolang-kaling jadi berbahaya.

Jakarta Kolang-kaling sudah lama menjadi bahan favorit dalam berbagai hidangan manis khas Nusantara, seperti kolak maupun campuran es. Makanan yang satu ini berasal dari biji pohon aren (Arenga pinnata) dan harus melalui proses khusus sebelum siap dimakan.

Selama ini, kolang-kaling dikenal kaya manfaat. Namun, apakah ada risiko tertentu saat mengonsumsinya? Berikut penjelasannya.

Apakah Kolang-Kaling Bisa Menyebabkan Masalah Kesehatan?

Secara umum, kolang-kaling lebih sering dikaitkan dengan manfaat daripada dampak buruk. Serat alaminya dapat membantu memperlancar pencernaan, mendukung kesehatan tulang, meningkatkan produksi kolagen, hingga membantu meredakan nyeri sendi.

Manfaat tersebut biasanya diperoleh jika kolang-kaling dikonsumsi apa adanya. Justru masalah sering muncul ketika kolang-kaling diolah bersama bahan-bahan tinggi gula, misalnya sirup atau kuah kolak.

“Yang jadi masalah biasanya bukan kolang-kalingnya, tetapi gula atau sirup yang dipakai,” jelas spesialis gizi klinis, Oki Yonatan Oentiono.

Jika dijadikan camilan manis atau dicampur dalam minuman tertentu, kolang-kaling dapat menimbulkan ketidaknyamanan seperti perut kembung, terutama bila dimakan dalam jumlah banyak. Meski begitu, batas toleransi setiap orang bisa berbeda-beda.

Menurut Oki, tubuh manusia umumnya memiliki mekanisme alami yang mencegah konsumsi berlebihan.

Waspada Kolang-Kaling yang Mengandung Formalin

Selain campuran gula, risiko lain datang dari cara pengolahan tidak aman. Beberapa pedagang nakal ada yang menambahkan formalin agar produk lebih awet. Padahal, zat tersebut berbahaya dan tidak boleh digunakan pada makanan.

Untuk menghindari kolang-kaling berformalin, berikut tanda-tandanya menurut Dinas Kesehatan Gunung Kidul:

Warna tampak tidak alami
Kolang-kaling murni biasanya berwarna putih agak transparan. Jika warnanya terlalu putih, tidak tembus cahaya, atau mengilat berlebihan, patut dicurigai ada tambahan bahan pengawet berbahaya.

Aromanya tidak normal
Produk yang segar memiliki bau khas yang sedikit asam. Jika aromanya hilang sama sekali atau justru tercium bau aneh, bisa jadi telah tercampur formalin.

Tekstur terlalu kenyal
Kolang-kaling memang kenyal, tetapi jika tingkat kekenyalannya terasa tidak wajar, sangat mungkin ada campuran pengawet.

Tidak mudah rusak di suhu ruang
Kolang-kaling segar biasanya mulai rusak dalam satu hingga dua hari jika tidak disimpan di tempat dingin. Bila tetap awet dalam waktu lama, kemungkinan besar telah diawetkan dengan bahan berbahaya.

Tidak dihinggapi lalat
Makanan segar biasanya menarik perhatian lalat. Jika kolang-kaling tidak didekati lalat sama sekali, mungkin formalin telah menghilangkan aroma alaminya.

Kesimpulan

Masalah kesehatan akibat kolang-kaling umumnya berasal dari cara penyajian yang terlalu manis atau penggunaan bahan pengawet seperti formalin. Bila dikonsumsi dalam jumlah wajar dan dipastikan kualitasnya aman, kolang-kaling justru memberikan banyak manfaat bagi tubuh. Selalu pilih produk yang segar dan tidak berbau mencurigakan.(BY)