Jakarta – Pemerintah membuka kesempatan bagi 20.000 lulusan baru untuk mengikuti Program Pemagangan Nasional 2025 Batch I, dengan masa pelatihan selama enam bulan. Program ini dirancang untuk meningkatkan kompetensi dan kesiapan kerja generasi muda melalui pengalaman langsung di berbagai sektor industri.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menjelaskan bahwa peserta magang akan memperoleh sejumlah manfaat selama mengikuti program yang berlangsung dari 20 Oktober 2025 hingga 19 April 2026. Selain mendapatkan uang saku, peserta juga akan memperoleh perlindungan sosial berupa Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) yang sepenuhnya ditanggung pemerintah.
“Peserta akan menerima uang saku sesuai standar daerah masing-masing, dan perlindungan jaminan sosial tanpa ada potongan dari uang saku tersebut,” tutur Airlangga pada Sabtu (18/10/2025).
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Cris Kuntadi, menjelaskan bahwa selama masa pemagangan, peserta akan menerima uang saku setara upah minimum yang disalurkan melalui bank-bank Himbara seperti BNI, BRI, BTN, Mandiri, dan BSI. Selain itu, peserta juga dilindungi oleh program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (Jamsostek) yang mencakup Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).
“Peserta juga akan dibimbing oleh mentor dari perusahaan tempat magang dan memperoleh sertifikat setelah menyelesaikan program dengan baik,” tambah Cris.
Sebelumnya, Kemnaker telah menutup pendaftaran Program Pemagangan Nasional 2025 Batch I. Dari hasil rekapitulasi, terdapat 156.159 pendaftar dan 1.668 perusahaan yang berpartisipasi sebagai mitra penyelenggara. Antusiasme tersebut, menurut Wakil Menteri Ketenagakerjaan Afriansyah Noor, menjadi bukti bahwa program magang kini semakin dipercaya masyarakat dan dunia usaha sebagai sarana efektif untuk mencetak tenaga kerja siap pakai.
Afriansyah menegaskan, program ini mencakup berbagai bidang strategis seperti industri makanan dan minuman, ekonomi kreatif, teknologi digital, komunikasi, manufaktur, pariwisata, transportasi, pertanian, serta sektor jasa lainnya. “Keikutsertaan beragam sektor menunjukkan bahwa dunia industri semakin terbuka terhadap konsep pembelajaran berbasis praktik kerja nyata,” pungkasnya.(BY)