Jakarta — Ledakan industri kendaraan listrik (EV) di Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir telah melahirkan ratusan merek baru. Namun, persaingan yang semakin sengit dan perang harga ekstrem justru membuat banyak perusahaan tak mampu bertahan. Sejak 2018, dari sekitar 500 startup EV yang berdiri, hanya segelintir yang masih aktif, sementara lebih dari 400 lainnya sudah tumbang.
Berikut lima produsen mobil listrik asal China yang gagal bertahan di tengah kerasnya kompetisi pasar.
- WM Motor (Weltmeister)
WM Motor sempat menjadi bintang baru di industri EV China dengan dukungan raksasa teknologi seperti Baidu dan Tencent, serta total pendanaan mencapai USD 5,3 miliar.
Perusahaan ini sempat mencatat penjualan mendekati 500 ribu unit mobil listrik. Namun, tekanan akibat perang harga dan kesulitan memperoleh modal segar membuat kinerjanya anjlok. Pada Oktober 2023, WM Motor akhirnya dinyatakan bangkrut setelah gagal membayar kewajiban finansialnya.
- HiPhi (Human Horizons)
HiPhi dikenal berkat desain futuristik dan teknologi inovatifnya. Beberapa modelnya bahkan sempat meraih penghargaan di pasar domestik.
Sayangnya, di balik kesan mewah tersebut, kondisi keuangan perusahaan terus memburuk. Human Horizons resmi mengajukan kebangkrutan pada Agustus 2024, meninggalkan utang lebih dari USD 2,19 miliar.
- Ji Yue Auto
Proyek gabungan antara Baidu dan Geely ini awalnya diprediksi bakal menjadi pesaing kuat Tesla di China. Ji Yue mengandalkan teknologi mengemudi otonom canggih serta sistem AI pintar.
Namun, minat pasar tak sesuai ekspektasi. Harga yang tinggi dan strategi pemasaran yang lemah membuat Ji Yue kesulitan menembus pasar massal. Perusahaan tersebut akhirnya kolaps pada 2025.
- Qiantu Motor
Qiantu Motor meluncurkan mobil sport listrik K50 dengan ambisi besar menjadi “Tesla versi China.” Dari segi desain dan performa, K50 menuai banyak pujian.
Namun, harga jual yang terlalu tinggi serta kapasitas produksi terbatas membuat penjualan tak mampu menutup biaya operasional. Qiantu akhirnya dilikuidasi pada 2025, meninggalkan utang bernilai miliaran yuan.
- Aiways
Sebagai salah satu startup EV pertama yang mencoba menembus pasar Eropa, Aiways sempat menarik perhatian dunia. Namun, masalah kualitas produk, minimnya diferensiasi, serta kesulitan modal membuat ekspansi itu gagal total.
Pada 2023, perusahaan menghentikan penerimaan pesanan baru dan menghentikan sebagian besar aktivitas operasionalnya.
Gelombang Kebangkrutan Belum Usai
Fenomena kebangkrutan di industri mobil listrik China diperkirakan belum berhenti. Hanya pemain besar seperti BYD atau NIO yang dinilai cukup kuat bertahan di tengah perang harga ekstrem dan tekanan ekonomi global.
Kegagalan ratusan startup ini meninggalkan konsekuensi besar, termasuk ribuan kendaraan tanpa dukungan layanan purna jual dan kerugian besar bagi investor.(BY)












