Jakarta – Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional (BGN), Tigor Pangaribuan, mengaku heran atas kasus keracunan yang menimpa penerima manfaat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di beberapa daerah.
Menurut Tigor, sejak awal program ini sudah dirancang agar dapur penyedia makanan dikelola langsung oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dengan mempekerjakan warga sekitar, terutama orang tua murid. Dengan begitu, keamanan makanan seharusnya lebih terjamin karena yang memasak adalah pihak yang memiliki kedekatan langsung dengan anak-anak penerima MBG.
“Kadang kita juga bingung, sebenarnya apa yang terjadi? Karena dapur MBG diwajibkan melibatkan warga sekitar. Misalnya ada 47 orang yang bekerja, itu bapak-ibu dari lingkungan setempat,” kata Tigor dalam diskusi publik bertajuk “MBG Bermanfaat untuk Siapa?” di Jakarta Selatan, Sabtu (4/10/2025).
Ia menegaskan, sangat kecil kemungkinan para pekerja SPPG berniat mencelakai anak-anak sekolah. “Coba bayangkan, anak-anak mereka sendiri juga ikut makan dari dapur itu. Tidak mungkin mereka sengaja memasukkan racun untuk makanan yang disantap oleh anak-anaknya sendiri,” tambahnya.
Tigor menyebut, skema ini memang dirancang agar setiap dapur yang melayani sekitar 3.000 penerima manfaat dikelola langsung oleh masyarakat sekitar. Harapannya, sistem saling menjaga bisa terbentuk secara alami.
Meski begitu, pihaknya tidak menutup mata atas kejadian yang berulang. BGN kini bekerja sama dengan Polri untuk menyelidiki penyebab utama kasus keracunan yang terus muncul.
“Kami sedang melakukan investigasi ketat bersama aparat kepolisian untuk memastikan apa penyebab sebenarnya dari insiden keracunan ini,” pungkasnya.(BY)












