Jakarta – Selama ini, Android dikenal sebagai sistem operasi yang memberikan keleluasaan bagi penggunanya untuk melakukan sideloading aplikasi, yaitu memasang aplikasi dari luar Google Play Store. Namun, aturan baru dari Google yang mewajibkan verifikasi aplikasi di luar toko resminya menimbulkan kekhawatiran bahwa kebebasan itu akan hilang.
Menanggapi hal tersebut, Google memastikan bahwa fitur sideload tetap dipertahankan. Hanya saja, mulai sekarang setiap aplikasi yang dipasang di luar Play Store harus melalui proses verifikasi digital demi keamanan pengguna.
Kebijakan ini muncul setelah adanya kritik dari komunitas open-source, termasuk platform alternatif seperti F-Droid, yang menilai persyaratan baru dapat mempersulit keberlangsungan toko aplikasi nonresmi.
Dalam keterangan resminya, Google menegaskan sideloading “tidak akan dihapus,” tetapi mengakui era APK tanpa tanda tangan sudah berakhir. Perusahaan menyebut langkah ini penting karena berdasarkan data internal, aplikasi yang diunduh di luar Play Store berpotensi 50 kali lebih berisiko terkena malware dibanding aplikasi yang tersedia di toko resmi.
Dengan sistem baru, aplikasi yang berasal dari luar Play Store wajib memiliki tanda tangan digital yang menghubungkan ke identitas pengembang. Jika suatu saat pengembang terbukti menyalahgunakan kebijakan ini, Google dapat mencabut sertifikatnya sehingga aplikasi tersebut otomatis diblokir di seluruh perangkat Android.
Bagi pengguna umum, aturan ini berarti perangkat Android bersertifikasi tidak akan lagi menerima pemasangan APK yang tidak ditandatangani. Namun, opsi sideloading untuk keperluan pengujian, seperti melalui Android Studio atau ADB, tetap tersedia.
Meski begitu, kekhawatiran masih ada. F-Droid memperkirakan sekitar 30% dari 4.000 aplikasi di platformnya bisa terpengaruh jika standar verifikasi diterapkan terlalu ketat.
Hal ini memunculkan perdebatan: sebagian menilai aturan baru akan memperkuat keamanan Android, sementara pihak lain khawatir Android semakin mirip dengan ekosistem tertutup seperti milik Apple.
Google sendiri menegaskan kebijakan ini bertujuan menjaga keseimbangan antara kebebasan pengguna dan perlindungan keamanan. Dampak sebenarnya baru akan terlihat setelah sistem verifikasi tersebut resmi diberlakukan.(BY)












