Fativa.id – Gugurnya Timnas Indonesia U-22 pada SEA Games 2025 di Thailand memantik reaksi luas dari publik sepak bola Tanah Air. Hasil mengecewakan tersebut menjadi sorotan tajam karena terjadi di penghujung tahun, sekaligus menambah daftar kegagalan tim nasional Indonesia di level internasional sepanjang 2025.
Di tengah derasnya kritik, sebuah unggahan lama milik Shin Jae Won, putra mantan pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong, kembali mencuat dan ramai diperbincangkan di media sosial. Unggahan itu dianggap relevan dengan situasi terkini, terutama setelah performa Timnas Indonesia dinilai menurun pasca-pergantian pelatih.
Kegagalan di SEA Games 2025 juga memperpanjang catatan suram sepak bola nasional, menyusul langkah Timnas Indonesia Senior yang terhenti pada putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada Oktober lalu. Dua hasil tersebut membuat akhir tahun 2025 terasa pahit bagi para pendukung Skuad Garuda.
Unggahan Lama yang Kembali Disorot
Tersingkirnya Timnas U-22 sejak fase grup SEA Games terasa semakin menyakitkan karena Indonesia datang ke Thailand dengan status juara bertahan. Kondisi ini membuat sebagian publik membandingkan situasi terkini dengan era kepelatihan Shin Tae-yong yang sebelumnya dinilai membawa stabilitas dan arah permainan yang jelas.
Unggahan lama Shin Jae Won yang bernada kritik terhadap federasi kembali beredar luas. Dalam pesannya, ia menyampaikan kekecewaan atas cara sang ayah diperlakukan selama lima tahun menangani Timnas Indonesia, sekaligus mempertanyakan arah masa depan tim nasional tanpa kehadiran Shin Tae-yong.
Pernyataan tersebut memicu perdebatan luas. Sejumlah pengamat dan warganet menilai komentar itu kini terasa relevan, mengingat performa tim nasional yang dinilai belum konsisten setelah berakhirnya era kepelatihan Shin Tae-yong. Kritik juga membanjiri kolom komentar akun resmi Timnas Indonesia di media sosial, mencerminkan menurunnya kepercayaan publik terhadap federasi.
Salah satu warganet menulis, “Kami terlalu lama berharap, tapi hasil di lapangan tak sesuai kenyataan,” sebuah kalimat yang menggambarkan perasaan banyak pendukung sepak bola nasional.
Dua Kekecewaan Menutup Tahun 2025
Hasil buruk Timnas Indonesia U-22 di bawah arahan Indra Sjafri menjadi pukulan lanjutan setelah kegagalan tim senior melangkah lebih jauh di kualifikasi Piala Dunia. Meski pencapaian lolos ke putaran keempat kualifikasi sempat diapresiasi sebagai sejarah baru, hasil akhir tetap memunculkan evaluasi besar.
Di ajang SEA Games 2025, pemerintah sejatinya hanya menargetkan medali perak bagi Timnas U-22. Namun, target minimal tersebut pun gagal diwujudkan. Kegagalan mempertahankan emas dan tidak tercapainya sasaran yang ditetapkan menjadi sinyal kuat perlunya peninjauan ulang terhadap sistem pembinaan dan arah kebijakan sepak bola nasional.
Menjelang 2026, dua kegagalan beruntun ini menjadi pengingat bahwa perbaikan menyeluruh—baik di level teknis, manajerial, maupun komunikasi federasi dengan publik—menjadi kebutuhan mendesak agar kepercayaan terhadap Timnas Indonesia dapat kembali pulih.(BY)












