Jakarta – Pemerintah berencana menghadirkan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus bagi pelaku ekonomi kreatif yang berbasis Kekayaan Intelektual (KI) mulai tahun 2026. Dana yang disiapkan untuk program ini mencapai Rp10 triliun.
Pengumuman tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Ekonomi Kreatif (Menekraf) Teuku Riefky Harsya saat memberikan sambutan dalam penandatanganan nota kesepahaman antara Kemenekraf dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Hotel Park Hyatt, Jakarta, Minggu (30/11/2025).
Teuku Riefky menjelaskan bahwa dua pekan sebelumnya ia telah mengikuti rapat koordinasi bersama Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, serta beberapa kementerian terkait. Dalam pertemuan itu, KUR khusus bagi subsektor kreatif berbasis KI menjadi salah satu topik utama.
“Pak Menko sudah memutuskan—atas arahan Presiden—bahwa mulai tahun depan akan tersedia program KUR khusus untuk ekonomi kreatif yang menggunakan basis kekayaan intelektual,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa telah memberikan persetujuan terhadap alokasi pembiayaan sebesar Rp10 triliun untuk mendukung pelaku industri kreatif tersebut, baik dalam pendampingan maupun pembiayaan usaha.
“Untuk plafon pinjamannya, tiap perusahaan bisa mengajukan hingga Rp500 juta,” jelasnya.
Pada kesempatan sama, Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, menegaskan bahwa sektor kreatif merupakan motor penting dalam penciptaan lapangan kerja baru serta menjadi pendorong signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut Anindya, industri kreatif memiliki dinamika yang cepat dan membutuhkan kemampuan adaptasi tinggi, namun menawarkan potensi nilai tambah yang besar bagi pelakunya.
“Kami melihat industri kreatif ini luar biasa. Tidak semua orang menyadari besarnya potensi, tapi mereka yang berkecimpung di dalamnya paham betul manfaatnya,” kata Anindya.
Ia juga menyoroti fenomena karya lokal yang belakangan sukses menembus rekor penonton, termasuk film “Jumbo” yang mengungguli popularitas sejumlah produksi luar negeri.
“Ini cukup mengejutkan. Biasanya kita bicara soal brand internasional—dulu banyak yang nonton Nickelodeon atau Disney—tapi sekarang karya lokal seperti Jumbo bisa melampaui itu semua,” tuturnya.(BY)
