Berita untuk Anda
RedaksiArsip

Hujan Deras Picu Kepanikan, Jembatan Tambang Kongo Runtuh

Ilustrasi
Ilustrasi

Jakarta – Sebuah jembatan di kawasan tambang KalandoMulondo, Provinsi Lualaba, Republik Demokratik Kongo (DRC), runtuh pada Sabtu lalu, menewaskan puluhan penambang liar.

Menteri Dalam Negeri DRC, Roy Kaumba Mayonde, mengatakan insiden terjadi saat hujan deras mengguyur wilayah tambang, namun para penambang tetap memaksa masuk meski kondisi lokasi sangat berisiko.

“Meskipun akses ke tambang dibatasi karena curah hujan tinggi dan potensi longsor, para penambang tetap memaksa masuk,” ujar Mayonde, seperti dilaporkan CNN, Senin (17/11/2025).

Menurut laporan Dinas Pendukung dan Pembinaan Pertambangan Skala Kecil dan Artisanal (Saemape), tentara sempat menembakkan peringatan di sekitar lokasi. Aksi ini memicu kepanikan, sehingga penambang berlari ke jembatan yang kemudian runtuh akibat kepadatan manusia.

“Para penambang berdesakan dan bertumpuk, menyebabkan banyak yang tewas dan cedera,” jelas Mayonde. Laporan awal menyebut korban tewas mencapai 32 orang, sementara beberapa sumber menyebut jumlahnya bisa mencapai 40 orang.

Tambang Kalando dikenal sebagai wilayah rawan konflik, di mana penambang liar sering bentrok dengan koperasi yang mengatur operasi dan operator resmi tambang. DRC merupakan produsen kobalt terbesar dunia, mineral penting untuk baterai lithium-ion pada kendaraan listrik dan berbagai produk lainnya, dengan perusahaan China menguasai sekitar 80% produksi.

Industri pertambangan di DRC sering mendapat sorotan karena dugaan pekerja anak, kondisi kerja berbahaya, dan praktik korupsi. Wilayah timur negara ini, kaya mineral, telah puluhan tahun dilanda konflik antara pasukan pemerintah dan kelompok bersenjata, termasuk M23 yang mendapat dukungan Rwanda. Kebangkitan M23 baru-baru ini memperburuk krisis kemanusiaan di kawasan tersebut.(des*)

Exit mobile version