Jakarta – Pembangunan Pabrik Gas Biometan Terkompresi (CBG) pertama di Indonesia yang memanfaatkan limbah cair kelapa sawit resmi dimulai.
Proyek ini diinisiasi oleh PT Perkebunan Nusantara IV (PalmCo), sub-holding perkebunan di bawah PTPN III Persero, dan dipandang sebagai langkah strategis dalam pengembangan energi terbarukan berbasis komoditas sawit. Peletakan batu pertama pabrik CBG dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Tinjowan, Simalungun, pada akhir pekan lalu, hasil kerja sama PalmCo dengan PT reNIKOLA Primer Energi, perusahaan energi hijau asal Malaysia.
Direktur Utama PalmCo, Jatmiko K. Santosa, menekankan bahwa proyek ini menjadi tonggak penting bagi perusahaan dalam menerapkan solusi energi hijau dari limbah sawit. “Dengan kapasitas produksi sekitar 162.000 MMBTU per tahun, pabrik CBG Tinjowan berpotensi mengurangi emisi karbon hingga 30.000 ton CO₂ per tahun, setara dengan emisi ribuan kendaraan bermotor,” jelasnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (15/09/2025).
Gas biometan yang dihasilkan berasal dari pengolahan Palm Oil Mill Effluent (POME), limbah cair yang selama ini menjadi tantangan lingkungan bagi industri kelapa sawit. Melalui proses pemurnian, biogas diubah menjadi biometan berkualitas setara gas alam, sekaligus menerapkan prinsip ekonomi sirkular dengan mengubah limbah menjadi energi bersih bernilai ekonomi. Pabrik dengan nilai investasi strategis ini ditargetkan selesai dalam 14 bulan dan mulai beroperasi penuh pada kuartal IV 2026.
Energi bersih yang dihasilkan akan dipasok ke PT Pertagas Niaga (PTGN), anak perusahaan Pertamina Gas Negara (PGN), melalui skema kontrak jual beli 10 tahun dan model Build-Own-Operate-Transfer (BOOT). Menurut Jatmiko, inisiatif ini sejalan dengan roadmap dekarbonisasi PalmCo, yang menargetkan penurunan emisi hingga 54,46 persen dari skenario bisnis biasa (business as usual) pada 2030. PalmCo sendiri telah memanfaatkan limbah sawit untuk produksi biogas sejak 2019, dimulai dari pabrik-pabrik di Riau.
“Groundbreaking pabrik CBG ini menjadi titik awal untuk memperluas program serupa ke 20 pabrik lain di bawah PalmCo,” tambah Jatmiko.
Sementara itu, Presiden Direktur Operasional PT reNIKOLA Primer Energi, Dr. Amran Yusuf, menyatakan optimismenya terhadap kerja sama ini. Ia meyakini sinergi dengan PalmCo akan mempercepat pengembangan energi hijau di sektor perkebunan. “Pabrik CBG pertama di BUMN perkebunan ini bukan sekadar inovasi teknologi, tetapi juga bukti nyata komitmen dalam mengurangi jejak karbon dan mendukung transisi energi berkelanjutan di Indonesia,” ujarnya.
Ke depan, inisiatif ini diharapkan menjadi model bagi industri kelapa sawit nasional dalam pengurangan emisi dan pengembangan energi alternatif. Upaya PalmCo memanfaatkan limbah sebagai sumber energi bersih sekaligus memperkuat posisinya sebagai pelopor energi hijau dari sektor perkebunan di Indonesia.(des*)












