Rumah Paku, Kisah Huang Ping dan Jalan Tol yang Menembus Rumahnya

Jalan Tol
Rumah di tengah jalan tol.

Jakarta – Di Tiongkok, sering ditemui cerita unik tentang rumah yang berdiri di lokasi yang tidak semestinya. Salah satu contohnya adalah rumah milik Huang Ping di Jinxi, Tiongkok.

Saat ini, rumah Huang Ping terletak di tengah jalan tol yang sedang dalam tahap pembangunan. Jalan tol tersebut tidak hanya melewati halaman rumah, tetapi bahkan sejajar dengan atap rumahnya. Jika dilihat dari atas, rumah Huang terlihat seperti terperangkap di dalam ‘lubang’ jalan tol tersebut.

Menurut laporan dari Daily Mail, jalan tol ini masih dalam proses pengerjaan. Rute jalan tol tersebut melengkung saat melewati rumah Huang. Di sekitar ‘lubang’ rumah, dipasang pagar pembatas untuk menjaga keselamatan kendaraan dan properti. Selain itu, dibuat dinding penahan bertingkat seperti tangga untuk menahan tanah.

Baca Juga  Jalan Tol Fungsional Tol IKN Akan Dibuka, Dukung Mobilitas di Peringatan HUT RI ke-79

Pemandangan rumah yang terjebak di tengah jalan tol semacam ini sudah cukup umum di Tiongkok. Rumah-rumah seperti ini dikenal dengan sebutan dingzhiu atau rumah paku. Bangunan-bangunan tersebut sering dianggap simbol perlawanan antara individu dan pemerintah, atau sebagai gambaran konflik antara tradisi dan kemajuan di Tiongkok.

Lalu, bagaimana Huang tinggal di rumahnya?

Selama proses pembangunan jalan tol, Huang mengaku tidak tinggal di rumahnya. Ia tinggal bersama anaknya di kota lain dan hanya kembali ke rumah setelah proyek jalan tol selesai setiap hari.

Baca Juga  Bandara Internasional Dalian Jinzhou Bay, Proyek Reklamasi Senilai $4,3 Miliar

Jangan tanya bagaimana cara Huang masuk ke rumahnya, karena meskipun dilihat dari atas, mustahil baginya untuk menyeberangi jalan tol. Pihak kontraktor menyediakan jalan pintas berupa terowongan sederhana di bawah jalan yang hanya bisa dilalui oleh orang.

Huang mengungkapkan penyesalannya karena tidak menerima tawaran ganti rugi sebesar £180.000 atau sekitar Rp 3,6 miliar (dengan kurs Rp 20.187) dari pemerintah untuk relokasi.

Kini, rumahnya tidak lagi nyaman untuk dihuni. Ia tidak bisa membuka jendela dan pintu terlalu lama karena debu yang berterbangan, dan saat jalan tol mulai beroperasi, ia harus terbiasa dengan getaran yang ditimbulkan oleh kendaraan yang lewat.(des*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *