Penutupan Jalur Logistik, Tantangan Baru bagi Pemberontakan Minahasa

Pemutusan Jalur Logistik Buat Pasukan Minahasa Kian Terdesak Serangan Belanda
Pemutusan Jalur Logistik Buat Pasukan Minahasa Kian Terdesak Serangan Belanda

Fativa.id – Belanda terus melancarkan serangan untuk menguasai Minahasa. Intimidasi terhadap para walak, atau pemimpin kelompok di luar wilayah Tondano, memberikan dampak yang diinginkan. Jalur distribusi kebutuhan pokok bagi walak-walak dan warga yang berjuang di Minawanua mulai terganggu.

Kapten Don Escarilla, nahoda kapal berbendera Inggris yang dikenal sebagai pemasok persenjataan untuk perlawanan, disergap bersama kapalnya di perairan Teluk Manado.

Selain itu, penguasaan Belanda atas sumber pangan yang berasal dari wilayah timur Danau Tondano dan selatan Minahasa turut menghambat distribusinya. Akibatnya, banyak penduduk di wilayah perlawanan terpaksa mengungsi ke daerah yang masih memiliki pasokan pangan.

Baca Juga  Kartu Prakerja: Meningkatkan Kompetensi Masyarakat untuk Indonesia Emas 2045

Serangan Pasukan Belanda

Komandan pasukan Belanda, Martinus Balfour, menyiapkan pasukannya untuk merebut pusat pertahanan lawan. Balfour mengangkat Kapten Weintree, yang berpengalaman dalam pertempuran di Halmahera, untuk memimpin pasukannya.

Strategi Balfour tidak melancarkan serangan langsung ke Minawanua seperti yang dilakukan Prediger, tetapi lebih kepada teror dan operasi militer di sekitar Danau Tondano. Kapten Weintree terus menekan dan melakukan teror terhadap walak-walak yang masih bertahan.

Taktik tersebut membuat pasukan Minahasa semakin kesulitan. Meskipun demikian, perlawanan masih terus dilakukan oleh para pejuang Minahasa yang dikoordinir oleh walak. Salah satu strategi andalan pasukan Minahasa adalah dengan menyergap musuh dan kemudian menghilang.

Baca Juga  Pesisir Selatan Dapat Bantuan,40 Relawan dan Logistik Dikirim dari Tanahdatar

Pemutusan Jalur Logistik dan Strategi Bertahan

Balfour mulai menutup jalur menuju pusat pertahanan Minahasa, dengan memblokade jalur barat melalui danau ke arah selatan, serta mengawasi jalur ke utara dan timur. Pemutusan jalur logistik ini membuat para pemberontak harus mencari alternatif untuk bertahan hidup. Mereka mengolah makanan, termasuk mengolah sagu, karena persediaan beras semakin menipis.

Para pemimpin Minahasa berusaha menembus blokade Belanda, termasuk upaya yang dilakukan oleh ukung Londo yang mencoba menyusup ke walak Remboken untuk menggalang pasokan beras untuk pasukan dan pengikutnya. Namun, usaha ini diketahui musuh, dan Londo tertangkap meskipun telah mencoba menyamar untuk mengelabui pasukan Belanda.(BY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *