Jakarta – Rencana pemerintah untuk menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada tahun 2025 diperkirakan akan berdampak pada perekonomian masyarakat, termasuk sektor otomotif di Indonesia.
Chief Marketing Officer PT Hyundai Motors Indonesia (HMID), Budi Nur Mukmin, menyebutkan bahwa kebijakan ini kemungkinan akan menurunkan penjualan kendaraan bermotor secara signifikan.
“Kami masih melakukan penghitungan skenario. Namun, berdasarkan analisis dari para pakar otomotif dan ekonomi, ada potensi penurunan penjualan sebesar 8-10%. Jadi, tahun depan diprediksi menjadi tantangan yang cukup berat,” ujar Budi dalam konferensi pers di Bandung, Kamis (5/12/2024).
Dampak Terbesar di Segmen Menengah
Menurut Budi, segmen kelas menengah akan menjadi yang paling terdampak oleh kenaikan PPN ini. Sebaliknya, segmen kelas atas cenderung lebih stabil.
“Jika kita lihat per segmen, penurunan paling terasa terjadi di segmen menengah. Sementara itu, segmen atas seperti All New Santa Fe dan Palisade relatif tidak terlalu terpengaruh. Sebagai contoh, Palisade saat ini masih memiliki permintaan yang lebih tinggi daripada ketersediaannya. Hal ini menunjukkan bahwa segmen atas tetap kuat dibandingkan dengan yang lainnya,” jelas Budi.
Strategi Hyundai: Penyegaran Produk
Untuk menghadapi potensi dampak kenaikan PPN, PT HMID berencana meluncurkan lebih banyak model baru guna menjaga minat konsumen terhadap produk Hyundai.
“Strategi ini kami harapkan dapat menjangkau semua segmen pasar,” tambahnya.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, HMID baru saja meluncurkan SUV hybrid All New Santa Fe pada Oktober lalu. Respon dari konsumen sangat positif, dengan lebih dari 1.400 unit telah dipesan sejak peluncurannya.
“Kami optimistis model-model baru ini dapat membantu mempertahankan momentum penjualan, meskipun ada tantangan dari kenaikan PPN,” tutup Budi.(BY)