Beirut – Kelompok bersenjata Suriah, Hayat Tahrir Al Sham (HTS), menyatakan bahwa jatuhnya rezim Presiden Bashar Al Assad merupakan kemenangan bagi seluruh rakyat Suriah. HTS, bersama beberapa kelompok pemberontak, hanya membutuhkan waktu dua minggu sejak serangan pertama di Aleppo untuk akhirnya merebut Damaskus.
Pemimpin HTS, Abu Mohammed Al Julani, dalam pidato kemenangan yang disampaikan di Masjid Umayyah, Kota Tua Damaskus, Minggu (8/12/2024), menyebutkan bahwa Assad telah bertindak sewenang-wenang dengan menangkap dan memenjarakan ribuan warga yang dianggap melawan pemerintahannya. Mereka, menurut Al Julani, telah diperlakukan secara tidak adil.
“Tidak peduli apa pun kesalahan mereka, mereka tetap diperlakukan dengan cara yang tidak adil,” kata Al Julani, seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (9/12/2024).
“Kami adalah pemilik sah negara ini. Kami telah berjuang, dan hari ini kami meraih kemenangan,” tegasnya.
Al Julani juga mengajak seluruh rakyat Suriah untuk berdoa dan bersyukur atas kemenangan ini.
“Allah tidak akan mengecewakan Anda. Kemenangan ini milik seluruh rakyat Suriah. Semua warga Suriah adalah bagian dari kemenangan ini,” ujarnya.
Perkembangan yang cepat ini mengejutkan dunia internasional, mengingat rezim Assad mendapatkan dukungan militer dari Rusia dan Iran. Kementerian Luar Negeri Rusia mengonfirmasi bahwa Presiden Bashar Al Assad telah memutuskan untuk mundur. Assad dilaporkan telah meninggalkan Suriah menuju negara yang tidak diketahui, setelah kelompok HTS menguasai pusat pemerintahan di Damaskus.
Keputusan untuk mundur diambil setelah Assad melakukan perundingan dengan berbagai pihak yang terlibat dalam konflik Suriah. Assad juga meminta pemerintahannya untuk memastikan transisi kekuasaan berlangsung secara damai.
“Berdasarkan negosiasi antara Bashar Assad dan sejumlah pihak yang terlibat dalam konflik, dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden dan meninggalkan negara ini,” bunyi pernyataan dari Kemlu Rusia. (des*)