Jakarta – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengungkapkan pengalaman bisnisnya yang pernah mengalami kebangkrutan akibat protes dari 3.000 pekerja.
Kejadian ini berlangsung di awal era reformasi, ketika banyak serikat pekerja melakukan demonstrasi.
“Saya juga punya pengalaman di industri. Dulu, saya memiliki 3.000 karyawan, dan setiap hari ada demonstrasi. Saat itu, baru memasuki reformasi, sekitar 20 tahun yang lalu. Saya jadi pusing, akhirnya saya tutup saja,” ungkap Zulhas di Kawasan Industri Jatake, Tangerang, sebagaimana dilaporkan oleh detikcom pada Senin (23/9).
Zulhas menjelaskan bahwa fenomena ini menunjukkan salah satu alasan mengapa banyak pabrik memilih untuk berpindah lokasi produksi, seperti yang terjadi di Karawang, di mana terdapat 10 hingga 11 serikat pekerja dalam satu industri.
Sementara itu, di Jawa Tengah, ia menilai kondisi pekerja lebih kondusif, dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah dibandingkan di daerah industri lainnya.
“Dikatakan di Karawang, dalam satu industri bisa ada 10 atau 11 serikat pekerja. Di Jawa Tengah, situasinya berbeda; di satu industri dengan 20.000 karyawan, sering kali hanya ada satu serikat pekerja, kadang malah tidak ada. Ini membuat suasana kerja lebih kondusif,” jelasnya.
Lebih jauh, Zulhas menilai bahwa penyebab penurunan industri manufaktur disebabkan oleh ketidakmampuan bersaing, seperti mesin yang sudah tua, perpindahan pabrik, hingga serangan produk impor ilegal.
“Banyak faktor yang menyebabkan industri manufaktur merosot, dan produk impor ilegal hanyalah salah satunya. Banyak juga yang mesin-mesinnya sudah tua, sehingga tidak kompetitif lagi. Banyak pabrik yang pindah, termasuk dari Tangerang yang banyak berpindah ke Jawa Tengah,” tambahnya.(des)