Jakarta – Baru-baru ini, sekelompok arkeolog menemukan sisa-sisa barak tentara Mesir kuno, termasuk sebuah pedang perunggu yang terukir dengan nama Raja Ramses II dalam hieroglif. Penemuan ini terjadi di sebuah ruangan kecil di barak yang terletak di kompleks barak di barat laut Mesir, sekitar 90 kilometer di selatan Alexandria.
Kompleks ini mencakup gudang untuk menyimpan senjata dan makanan, serta barak untuk menampung tentara. Meskipun usia pasti benteng ini belum diketahui, Ramses II, yang namanya terukir pada pedang tersebut, memerintah antara 1279 SM dan 1213 SM, menjadikannya sebagai raja dengan masa pemerintahan terpanjang kedua dalam sejarah Mesir.
Kementerian Pariwisata dan Kepurbakalaan Mesir (MOTA) menyatakan bahwa pada masa itu, Mesir berada dalam puncak kejayaannya ketika benteng ini digunakan. Di bawah kepemimpinan Ramses II, Mesir terlibat dalam beberapa perang melawan bangsa Het dan Libya, sehingga memerlukan barak-barak di wilayah utara, sementara seni dan budaya berkembang pesat, menyisakan banyak artefak untuk diteliti.
Penggalian tersebut juga mengungkapkan berbagai barang pribadi milik prajurit yang tinggal di sana. Para arkeolog percaya bahwa temuan ini dapat memberikan wawasan tentang kehidupan sehari-hari mereka. Barang-barang tersebut meliputi senjata, alat berburu, aksesori pribadi, dan aplikator kohl dari gading. Selain itu, mereka menemukan kalung dari akik, manik-manik faience – batu semi mulia yang digunakan oleh orang Mesir kuno – serta cincin perunggu setengah jadi.
“Penemuan ini sangat penting untuk memahami strategi dan logistik militer Mesir pada masa Ramses II,” ujar Peter Brand, profesor sejarah dan direktur Proyek Karnak Great Hypostyle Hall di Universitas Memphis, mengutip Live Science, Rabu (18/9).
Brand, yang tidak terlibat dalam penggalian, menjelaskan bahwa meskipun situs militer lain yang dibangun oleh Ramses II juga ditemukan di barat laut Mesir, situs ini terawat dengan baik. “Persenjataan yang ditemukan menunjukkan bahwa lokasi ini dipersenjatai dengan baik, bahkan mungkin memproduksi senjata di tempat. Pedang perunggu itu kemungkinan besar diberikan kepada seorang perwira tinggi sebagai hadiah kerajaan,” jelas Brand.
“Nama dan gelar raja yang terukir di pedang tersebut meningkatkan prestise pemiliknya, sekaligus ‘mengiklankan’ kekayaan, kekuasaan, dan kemurahan hati sang raja,” tutupnya. (des*)