Jakarta – Generasi muda di Indonesia semakin kurang tertarik untuk bekerja di sektor pertanian. Hal ini disebabkan oleh rendahnya jaminan kesejahteraan di sektor tersebut, meskipun sektor pertanian memiliki peran strategis yang erat kaitannya dengan aspek sosial dan politik masyarakat.
Kepala Center of Food, Energy, and Sustainable Development INDEF, Abra Talattov, mengungkapkan bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami penurunan. Berdasarkan data yang disampaikan, pada tahun 2015 sektor pertanian menyumbang 13,5% terhadap PDB, sementara pada tahun 2023 angka tersebut turun menjadi 12,5%.
Selain itu, penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian juga terus berkurang. Pada tahun 2015, sektor pertanian mampu menyerap 32,9% tenaga kerja, namun pada tahun 2023 persentasenya turun menjadi 29,4%.
“Ada fenomena menarik di sektor pertanian, yaitu semakin berkurangnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor ini karena tingginya risiko dan rendahnya kesejahteraan yang ditawarkan,” ujar Abra dalam acara ‘Penguatan Ketahanan Pangan dan Pengentasan Kemiskinan: Pekerjaan Rumah Pemerintah Prabowo-Gibran’ yang digelar melalui Zoom pada Minggu (22/9/2024).
Abra juga memahami mengapa banyak tenaga kerja mulai meninggalkan sektor pertanian dan beralih ke sektor lain, seperti sektor jasa. Salah satu indikator kesejahteraan petani, menurutnya, dapat dilihat dari pendapatan bersih yang masih di bawah upah minimum regional (UMR).
“Berdasarkan data sensus pertanian, pendapatan rumah tangga petani dalam setahun hanya sekitar Rp 26,5 juta, atau rata-rata Rp 2,2 juta per bulan. Hal ini menunjukkan betapa rendahnya tingkat kesejahteraan petani,” tambahnya.(BY)