Emas Spot Naik 0,24 Persen, Mencapai USD2.628,63 per Troy Ons

Emas
ilustrasi

Jakarta Harga emas internasional kembali mencapai rekor tertinggi (all-time high/ATH) pada Senin (23/9/2024), melanjutkan tren kenaikan selama tiga hari berturut-turut.

Kenaikan ini dipicu oleh langkah Bank Sentral Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat yang melakukan pemangkasan suku bunga untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir, serta memberikan sinyal akan ada pemangkasan lebih lanjut di masa mendatang.

Data pasar menunjukkan bahwa harga emas spot (XAU/USD) ditutup meningkat 0,24 persen dalam satu hari, mencapai USD2.628,63 per troy ons pada Senin, melampaui rekor penutupan tertinggi yang tercatat pada Kamis dan Jumat sebelumnya.

Dalam pertemuan Komite Kebijakan (FOMC) The Fed yang berlangsung Rabu lalu, suku bunga acuan diturunkan sebesar 50 basis poin, dengan rencana adanya pemangkasan tambahan sebesar 50 basis poin lagi sebelum tahun berakhir.

Janji untuk suku bunga yang lebih rendah, yang mengurangi biaya kepemilikan emas, semakin menarik minat dari institusi terhadap logam mulia ini.

Rekor pada Senin ini merupakan kelanjutan dari momentum “takut ketinggalan” (fear of missing out/FOMO) yang muncul setelah pemangkasan besar suku bunga AS pekan lalu.

Baca Juga  Integrasi LRT Jakarta dengan Stasiun Manggarai, Risal Wasal Beri Update

“Pasar terlihat membutuhkan konsolidasi, tetapi konsolidasi yang dalam dibutuhkan untuk mengguncang hedge fund yang memegang taruhan terbesar pada kenaikan harga sejak 2020,” kata Saxo Bank, sebagaimana dikutip oleh MT Newswires pada Senin (23/9).

Sementara itu, Daniel Ghali, ahli strategi komoditas senior di TD Securities, menyatakan bahwa posisi dana makro dalam emas mencapai proporsi tertinggi dari total kontrak terbuka pekan lalu, dengan posisi ekstrem ini menimbulkan risiko yang signifikan.

“Potensi penjualan besar-besaran mungkin saja muncul,” ungkap Ghali.

Ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut telah meningkat secara signifikan, dengan kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin pada November naik dari 13,1 persen sebulan lalu menjadi 54,8 persen saat ini.

Pejabat The Fed menunjukkan adanya potensi pemangkasan total antara 1 persen hingga 1,25 persen sebelum akhir tahun, menandakan perubahan dalam kebijakan moneter.

Para trader memperkirakan berbagai skenario untuk suku bunga The Fed pada Desember, dengan probabilitas tertinggi (50,2 persen) mengarah pada kisaran antara 4 persen hingga 4,25 persen.

Baca Juga  Inovasi Teknologi, 7 Aplikasi yang Menghasilkan Uang Langsung di Genggaman Anda

Ini merupakan perubahan besar dari kebijakan kenaikan suku bunga agresif yang diterapkan sejak Maret 2022 untuk melawan inflasi.

Mengutip Kitco pada Senin (23/9), laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS yang akan dirilis Jumat mendatang sangat dinanti oleh pejabat The Fed dan pelaku pasar.

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones dan Wall Street Journal memperkirakan inflasi tahunan akan turun menjadi 2,2 persen pada Agustus dari 2,5 persen pada Juli.

Jika prediksi ini akurat, maka ini akan menunjukkan penurunan signifikan inflasi dari level tertinggi dalam 40 tahun yang tercatat pada Juni 2022, serta memperkuat keyakinan bahwa Fed dapat mencapai target inflasi 2 persen.

Laporan PCE yang positif berpotensi memperkuat keputusan Fed untuk berfokus pada pelemahan pasar tenaga kerja, sebagai bagian dari mandat ganda mereka.

Dengan menurunkan suku bunga, bank sentral berupaya merangsang pertumbuhan ekonomi dan mencegah lebih banyak kehilangan pekerjaan, berbeda dengan fokus sebelumnya yang lebih pada pengendalian inflasi melalui kenaikan biaya pinjaman.

Baca Juga  Inflasi Indonesia Terjaga Rendah, Ekonomi Tumbuh 5,05% di Tengah Ketidakpastian Global

Perubahan strategi ini merupakan upaya Fed untuk mencapai “soft landing” bagi perekonomian, dengan menyeimbangkan pengendalian inflasi dan stabilitas lapangan kerja.

Langkah ini diambil setelah siklus kenaikan suku bunga agresif yang membuat suku bunga acuan naik dari hampir nol menjadi lebih dari 5 persen hanya dalam 18 bulan.

Dengan transisi yang dijalani The Fed, daya tarik emas sebagai aset safe haven dan lindung nilai terhadap inflasi semakin meningkat.

Rekor harga emas ini mencerminkan kepercayaan investor akan kemampuannya dalam melindungi kekayaan di tengah perubahan kebijakan moneter dan ketidakpastian ekonomi.(des)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *