MOSKOW – Rusia telah mengirim dua unit Tesla Cybertruck ke zona konflik Ukraina, sebagaimana diumumkan oleh Ramzan Kadyrov, kepala Republik Chechnya, melalui Telegram. Kadyrov juga membagikan video yang menampilkan kedua kendaraan listrik tersebut.
Pengumuman ini muncul sehari setelah Kadyrov mengkritik CEO Tesla, Elon Musk, karena diduga mematikan Cybertruck yang telah ia perlihatkan pada Agustus.
“Tindakan Elon Musk sangat tidak pantas,” tulis Kadyrov pada Kamis, 19 September 2024. Hingga kini, Musk belum memberikan tanggapan.
Dalam video yang dirilis Jumat, 20 September 2024, terlihat dua Cybertruck dilengkapi dengan senapan mesin di bagian belakang, dikemudikan oleh orang-orang berseragam militer. Kendaraan tersebut melintasi jalan tanah di kawasan berhutan, diiringi dua kendaraan off-road. Mereka kemudian mengambil posisi di bukit kecil dan menembaki drone yang terbang di udara.
“Peralatan Barat sangat efektif… melawan pesawat tempur NATO Ukraina,” tulis Kadyrov di unggahannya yang dilaporkan oleh RT.
“Mobilitas, kenyamanan, kemampuan manuver: ini adalah kualitas yang sangat dibutuhkan,” tambahnya, sambil menyatakan bahwa Cybertruck adalah pilihan yang ideal dalam pertempuran tersebut.
Tesla Cybertruck, yang merupakan kendaraan listrik dengan eksterior kuat, sebenarnya tidak dirancang untuk keperluan militer. Harganya diperkirakan lebih dari USD200.000 (sekitar Rp3 miliar). Kadyrov juga mengklaim bahwa kedua Cybertruck tersebut tidak terpengaruh oleh dugaan pemutusan jarak jauh yang terjadi pada unit sebelumnya.
Pada bulan lalu, Kadyrov merilis video saat ia mengendarai Cybertruck di Grozny. Ia kemudian mengatakan bahwa kendaraan itu dikirim ke medan perang sebelum ditarik kembali karena diduga dimatikan oleh Musk. Kadyrov menyebut mobil itu sebagai hadiah dari CEO Tesla, meski Musk menyangkal telah memberikan apapun kepada “jenderal Rusia.”
Dalam unggahannya pada Jumat, Kadyrov tidak menjelaskan asal-usul dua Cybertruck tersebut. Sebelumnya, ia juga mengucapkan terima kasih kepada Musk atas produk lain yang dinilainya sangat membantu, termasuk sistem internet satelit Starlink.
Namun, Starlink, yang banyak digunakan oleh pasukan Ukraina, dilaporkan tidak berfungsi di Rusia. Musk sendiri pernah mengatakan bahwa batasan geografis menghalangi Kyiv menggunakan Starlink untuk serangan drone ke wilayah Rusia.(BY)