Jakarta – Harga minyak mentah global mengalami sedikit penurunan pada perdagangan Selasa (27/8), menghentikan tren kenaikan sebelumnya yang sempat melonjak hingga 7 persen.
Peningkatan harga minyak sebelumnya dipicu oleh kekhawatiran terganggunya pasokan akibat konflik di Timur Tengah, sinyal dari Bank Sentral AS (The Fed) untuk segera memangkas suku bunga, serta penutupan ladang minyak di Libya.
Harga minyak mentah Brent berjangka turun 32 sen atau 0,39 persen menjadi US$81,11 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate AS (WTI AS) turun 36 sen atau 0,46 persen menjadi US$77,06 per barel.
“Pasar tetap waspada karena ketegangan antara Israel dan Hizbullah semakin memanas,” tulis analis ANZ dalam sebuah catatan.
“Risiko gangguan pasokan minyak semakin nyata setelah pemerintah timur Libya mengumumkan penghentian seluruh produksi dan ekspor minyak akibat pertikaian politik yang semakin mendalam,” lanjut analis ANZ tersebut.
Kenaikan harga minyak yang tajam akhirnya mereda setelah mengalami lonjakan selama tiga sesi sebelumnya. Kenaikan harga ini didorong oleh harapan pemotongan suku bunga AS yang berpotensi meningkatkan permintaan bahan bakar.
Selain itu, konflik militer antara Israel dan Hizbullah di Lebanon pada akhir pekan lalu meningkatkan risiko meluasnya perang di Timur Tengah, yang bisa mengganggu pasokan dari wilayah penghasil minyak utama.
Situasi ini diperburuk dengan penutupan ladang minyak di Libya. Sebelumnya, harga minyak WTI naik 7,6 persen dan Brent naik 7 persen pada perdagangan kemarin.
Survei Reuters mencatat bahwa konflik di Timur Tengah berpotensi mengurangi produksi minyak hingga 1,17 juta barel per hari dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada bulan Juli. (des*)