Rembang,fativa.id-
Hari Kartini pertama kali resmi diperingati pada tahun 1964 oleh Presiden Soekarno. RA Kartini merupakan sosok pahlawan yang berjasa besar bagi kemerdekaan Indonesia, khususnya dalam hal emansipasi dan memperjuangkan hak-hak perempuan.
Hari Kartini tak hanya sekadar seremoni yang dirayakan dengan berkebaya. Lebih jauh daripada itu, peringatan hari lahir sosok emansipasi wanita ini merupakan momen untuk membuktikan tentang kegigihan dan keuletan para perempuan dalam memajukan Indonesia.
Raden Ajeng Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan pahlawan nasional Indonesia yang dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Lahir dari keluarga bangsawan, Kartini sempat mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) meski hanya sampai usia 12 tahun, meski demikian semangatnya untuk terus belajar tidak pernah padam.
Kartini kemudian menulis surat-surat yang berisi tentang pemikirannya terhadap kesetaraan gender, kesamaan kelas sosial dan budaya serta masalah umum lain yang terjadi di Indonesia. Sebagian tulisannya juga dimuat majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.
Setelah Kartini wafat, kumpulan surat yang pernah dikirimkan Kartini kepada teman-temannya di Eropa diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul “Door Duisternis tot Licht” yang berarti “Dari Kegelapan Menuju Cahaya” pada tahun 1911. Balai Pustaka kemudian menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran” di tahun 1922.
Buku tersebutlah yang menjadi inspirasi bagi banyak orang termasuk para tokoh kebangkitan nasional Indonesia. Buah pemikirannya berkembang hingga saat ini dan jauh melewati apa yang dicita-citakan Kartini untuk perempuan tanah air.
Kartini masa kini pun banyak ditemukan di Indonesia. Para perempuan telah mampu membuktikan dengan kegigihan dan keuletannya yang berperan besar dalam kemajuan Indonesia baik di bidang pendidikan, kebudayaan, ekonomi, teknologi hingga lingkungan. Mereka memberdayakan masyarakat sekitar, menyampaikan isu-isu tentang perempuan melalui karya serta langkah nyata hingga membuktikan bahwa perempuan juga bisa maju.
Perlu diketahui ada enam orang perempuan yang menjabat sebagai menteri di Kabinet Indonesia Maju.
Keenamnya memiliki kiprah yang tak main-main di bidang kerjanya masing-masing. Beragam penghargaan pun pernah mereka dapat dari hasil kerjanya tersebut.
- I Gusti Ayu Bintang Darmawati
I Gusti Ayu Bintang Darmawati adalah perempuan Bali pertama yang terpilih sebagai menteri. Ia ditunjuk sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), menggantikan Yohana Yambise yang sebelumnya menjabat Menteri PPPA di Kabinet Kerja.
Sebelum ini, istri mantan Menteri Koperasi dan UMKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga itu pernah menjabat sebagai Ketua Bidang Manajemen Usaha di Dewan Kerajinan Nasional (Dekarnas).
Perempuan kelahiran November 1968 ini juga sempat didapuk sebagai Ketua Bidang II Penggerak PKK, serta Ketua Bidang Peningkatan Kualitas Keluarga Besar Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja.
- Ida Fauziyah
Ida Fauziyah dilantik menjadi Menteri Ketenagakerjaan pada Kabinet Indonesia Maju Joko Widodo – Ma’ruf Amin periode 2019-2024 pada 23 Oktober 2019.
Sebelumnya, ia adalah politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa. Selama lebih kurang 20 tahun, dirinya menjadi anggota DPR RI mewakili Jawa Timur dan pernah dipercaya sebagai ketua fraksi PKB di lembaga tersebut.
Ida yang telah berkiprah di dunia politik sejak mahasiswa ini juga sempat menjadi salah satu ketua Kaukus Perempuan Parlemen mewakili partainya dan pernah menjadi anggota Lembaga Advokasi Perempuan Pengurus Pusat Fatayat NU.
- Retno Marsudi
Retno Lestari Priansari Marsudi adalah Menteri Luar Negeri perempuan pertama di Indonesia. Sebelum didapuk menjadi menteri, ia adalah Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda di Den Haag. Dirinya juga sempat menjadi diplomat di Norwegia dan Islandia pada tahun 2005.
Pada tahun 2017, lulusan Universitas Gadjah Mada itu pun mendapatkan penghargaan sebagai agen perubahan di bidang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan. Penghargaan tersebut diberikan oleh UN Women dan Partnership Global Forum (PGF).
Tak cuma itu, ia juga memperoleh penghargaan Order of Merit dari Raja Norwegia pada Desember 2011 yang mana kemudian menjadikannya orang Indonesia pertama yang memperoleh penghargaan tersebut.
- Siti Nurbaya Bakar
Lulusan Institut Pertanian Bogor ini kembali mengemban tugas sebagai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Kabinet Indonesia Maju 2019-2024.
Kariernya di dunia birokrasi dimulai pada tahun 1982. Kala itu, perempuan kelahiran Juli 1956 ini bekerja di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Lampung.
Setelahnya, ia sempat menjabat sebagai Kabiro Perencanaan di Departemen Dalam Negeri, Pengajar di Kopertis, Pelaksana Manajemen di STPDN, Sekretaris Jenderal Depdagri, Dewan Komisiaris Pusri, dan Ketua Komite Investasi dan Manajemen Risiko Pusri.
Lebih jauh, Siti Nurbaya juga pernah mendapatkan penghargaan Laporan Akuntansi Standar Tertinggi dari Menteri Keuangan dari 2008 hingga 2011, serta Penghargaan WTP Laporan Keuangan dari BPK-RI sejak penilaian awal sebagai Sekjen DPD-RI.
- Sri Mulyani
Untuk ketiga kalinya, Sri Mulyani mengemban jabatan sebagai Menteri Keuangan. Periode pertama berlangsung pada Kabinet Indonesia Bersatu. Di bawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, ia berhasil meminimalisir korupsi dan memprakarsai reformasi dalam sistem pajak dan keuangan Indonesia.
Lalu, pada 5 Mei 2010 perempuan kelahiran Agustus 1962 ini ditunjuk menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia, menggantikan Juan Jose Daboub. Jabatan tersebut ia emban hingga Juli 2016.
Ia kemudian dipulangkan oleh Presiden Joko Widodo pada bulan dan tahun yang sama untuk kembali menjadi Menteri Keuangan. Pada periode Kabinet Kerja itu, Sri Mulyani berhasil mengurangi target defisit fiskal menjadi 2,5 persen dari PDB–dari yang semula dikhawatirkan menembus angka 3 persen.
Hasil kerjanya yang apik kemudian membuatnya kembali dilantik dan dipercaya untuk membantu presiden Joko Widodo sebagai Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.
- Tri Rismaharini
Risma mulai menjabat sebagai Menteri Sosial pada 23 Desember 2020. Sebelumnya, peraih gelar kehormatan Doktor Honoris Causa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya itu pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya (2010) dan Wali Kota Surabaya (2010—2015; 2016—2020).
Pada masa kepemimpinannya sebagai Wali Kota, Surabaya berhasil meraih delapan piala adipura kencana berturut-turut (2011-2018) untuk kategori kota metropolitan, serta adipura paripurna pada tahun 2016.
Di bawah kepemimpinannya, Surabaya juga menjadi kota yang terbaik partisipasinya se-Asia Pasifik pada tahun 2012 versi Citynet atas keberhasilan pemerintah kota dan partisipasi rakyat dalam mengelola lingkungan.
Sebagai penginggat Kartini lahir di Mayong, Jepara 21 April 1879. Ia meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun. Berdasarkan Keputusan Presiden No 108 tahun 1964 maka pada 2 Mei 1964 Kartini dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. (Putra/Aziz)