BOGOR – Sri Asih, penggerak Bank Sampah Asri Mandiri, menjelaskan bahwa masalah sampah telah menjadi persoalan lingkungan di desanya, Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Karena itu, ia bersama warga setempat mendirikan bank sampah untuk mengatasi masalah tersebut.
Pada tahun 2013, sampah warga di wilayah tersebut tidak dapat dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Galuga karena kondisinya sudah penuh. Oleh karena itu, warga mencari cara untuk mengelola sampah dengan lebih bijak, yang kemudian memicu terbentuknya Bank Sampah Asri Mandiri.
“Kami mengelola sampah daur ulang dan organik. Untuk residu, kami buang ke TPA. Setidaknya, kami berhasil mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA,” ujar Asih baru-baru ini.
Bank sampah ini disambut baik oleh warga setempat, yang membantu memilah sampah. Selain itu, pihaknya terus belajar untuk mengelola sampah agar memiliki manfaat ekonomis yang dapat dijual kepada pengepul dan perusahaan swasta.
Selain mengelola sampah, Bank Sampah Asri Mandiri juga memproduksi berbagai produk seperti dompet dari potongan plastik yang dijadikan lembaran.
“Kami mampu mengelola sekitar 300 kilogram sampah dalam seminggu,” tambahnya.
Bank Sampah Ubah Sampah Jadi Emas
Bank sampah ini didukung oleh PT Pegadaian yang berkolaborasi dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk mengembangkan bank sampah. Nasabah dapat menabung dari hasil penjualan sampah di bank sampah, yang kemudian diubah menjadi emas.
“Sejak tahun 2013, nasabah menabung dari hasil penjualan sampah. Jumlah nominal bisa diambil dalam kurun waktu tertentu. Mereka langsung tahu berapa yang didapat karena kami memiliki patokan harga,” jelas Asih.
Namun, skema itu berubah menjadi tabungan emas setelah kolaborasi dengan PT Pegadaian. Hasil penjualan sampah akan dikonversi menjadi emas berdasarkan nilai jualnya.
“Warga sangat tertarik dengan tabungan emas ini. Di sini ada dua jenis tabungan, yaitu tabungan sampah dan tabungan emas. Jika saldo mencapai Rp50 ribu dari tabungan sampah, kami konversi menjadi emas,” ungkapnya.
Nasabah bank sampah mempercayakan pengurus untuk menyimpan buku tabungan dan mencatat pemasukan nasabah.
“Ada warga yang senang menyetor sampah dan ternyata sudah memiliki tabungan 2 gram emas, yang senilai sekitar Rp2 jutaan saat pandemi COVID-19,” tambahnya.
Menjadi Tempat Edukasi Pengelolaan Sampah dan Bergabung dengan Desa BRILian
Pada tahun 2022, Bank Sampah Asri Mandiri bergabung dengan Desa BRILian. Bergabungnya bank sampah ini memperluas kegiatan edukasi karena semakin dikenal masyarakat.
Bank sampah ini sering dikunjungi oleh berbagai pihak yang ingin belajar tentang pengelolaan sampah. Selain itu, bank sampah ini juga mendapatkan pembinaan lebih lanjut dari BRI.
“Banyak yang datang ke sini untuk belajar. Mahasiswa dan masyarakat dari wilayah lain juga banyak yang berkunjung,” ujar Asih.
“Kami juga mendampingi desa atau kelompok yang ingin menjalankan bank sampah. Hal ini agar mereka dapat berjalan mandiri,” tambahnya.
BRI Berkomitmen Membuat Desa Lebih Mandiri melalui Desa BRILian
Wahyu Juwita, Department Head Mikro Ekosistem BRI Regional Office 2, mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen membantu pengembangan desa. Program Desa BRILian akan menyentuh aktivitas masyarakat secara detail agar lebih produktif.
“Kami memberikan pelatihan berdasarkan minat UMKM di sana. Tujuannya agar desa dapat maju dan mandiri,” ujar Wahyu.
Desa BRILian akan mendapat keuntungan dan prioritas dalam berbagai kegiatan BRI, termasuk memperoleh CSR (Corporate Social Responsibility) dari pihaknya.
“Pemberian CSR diprioritaskan untuk Desa BRILian. Keuntungannya berupa sarana dan prasarana. Desa tersebut akan mendapatkan keuntungan dari kategori Desa BRILian senilai hingga Rp1 miliar,” pungkasnya.(BY)