Jakarta – Duka mendalam menyelimuti Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara, Palestina, setelah sedikitnya 15 anak dilaporkan meninggal dunia akibat dehidrasi dan kekurangan gizi atau malnutrisi.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengonfirmasi kabar yang mengguncang ini seperti yang dilaporkan oleh Reuters pada Minggu (3/3).
“Ashraf Al-Qidra, juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina, menyampaikan, “15 anak telah meninggal dunia akibat kekurangan gizi dan dehidrasi di Rumah Sakit Kamal Adwan.”
Lebih lanjut, Qidra menambahkan, “Kami khawatir atas nyawa enam anak lainnya yang mengalami gizi buruk dan dehidrasi di ICU Rumah Sakit Kamal Adwan, karena generator listrik dan mesin oksigen mati, serta lemahnya kapabilitas medis.”
Peringatan keras juga datang dari Badan PBB untuk Anak-anak (UNICEF), yang pada 19 Februari sebelumnya telah memperingatkan peningkatan tajam kasus malnutrisi di kalangan anak-anak, wanita hamil, dan ibu menyusui di Jalur Gaza, yang menimbulkan “ancaman serius” terhadap kesehatan mereka. Ini semakin diperparah dengan serangan intens pasukan Israel di wilayah tersebut.
Kembali memperingatkan, UNICEF mengatakan bahwa anak-anak di Jalur Gaza menderita malnutrisi akut dan berada di ambang kematian.
Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, mengekspresikan kekagetannya melalui media sosial, “Hal baru yang mengerikan di Gaza bahwa hingga kini sedikitnya sepuluh anak meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi, sementara masih banyak anak lainnya yang berada di ambang kematian.”
Dengan panggilan untuk ‘gencatan senjata sekarang’, Russell menekankan bahwa setiap menit berarti bagi anak-anak di Gaza yang menghadapi malnutrisi ‘mematikan’.
Keterlambatan dalam akses terhadap makanan, air, perawatan medis, dan perlindungan dari peluru dan bom Israel bagi anak-anak Palestina di Gaza, menurutnya, akan menimbulkan dampak yang mengerikan.
Para pejabat UNICEF telah secara konsisten memperingatkan dampak serangan Israel di Gaza, yang telah merenggut banyak nyawa anak-anak dan perempuan, serta mengakibatkan kerusakan infrastruktur yang parah.
Perang Israel telah memaksa sebagian besar penduduk Gaza mengungsi dan menghadapi krisis makanan, air bersih, dan obat-obatan, dengan sebagian besar infrastruktur yang rusak atau hancur. Ini menambah beban berat bagi warga Gaza yang telah lama berjuang untuk bertahan di bawah blokade yang diberlakukan oleh Israel.
Kantor Media Pemerintah di Gaza melaporkan bahwa Israel telah menghentikan layanan di 31 rumah sakit di Gaza akibat pemboman dan penghancuran infrastruktur medis.
Meskipun tekanan internasional semakin meningkat, dengan panggilan untuk gencatan senjata kemanusiaan, konflik di Gaza masih berlanjut, meninggalkan anak-anak dan warga sipil lainnya menjadi korban paling rentan.(des)