Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI sekali lagi menunjukkan kinerja yang mengesankan. BSI secara resmi telah masuk ke dalam daftar 10 Besar Bank Syariah Global berdasarkan kapitalisasi pasar, karena harga saham BRIS yang melonjak, mendorong nilai pasar perusahaan mencapai Rp131,47 triliun. Capaian ini lebih cepat dari target perusahaan untuk masuk ke dalam 10 Besar Bank Syariah Global berdasarkan kapitalisasi pasar terbesar pada tahun 2025. Capaian tersebut didasarkan pada harga penutupan saham BRIS pada perdagangan Rabu (13/3/2024).
Kapitalisasi pasar BRIS mencapai Rp131,47 triliun atau sekitar US$8,44 miliar. Secara global, BRIS berada di peringkat 10 dengan kapitalisasi pasar bank syariah terbesar di dunia, di bawah Emirates Islamic Bank dengan nilai US$10,38 miliar pada peringkat 9 dan Abu Dhabi Islamic Bank dengan nilai US$10,94 miliar pada peringkat 8.
Menanggapi lonjakan saham BRIS, Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk Hery Gunardi menyatakan bahwa kenaikan BRIS sejalan dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bergerak antara 7.409,67 hingga mencapai rekor 7.435,81. BRIS juga menjadi salah satu faktor yang mendorong kinerja IHSG menjadi positif.
Hery juga menjelaskan bahwa sektor perbankan, terutama 4 Bank Teratas, tetap menjadi pilihan utama investor domestik dan global di Bursa Efek Indonesia karena kinerjanya yang stabil. Terlebih lagi, 3 dari 4 Bank Teratas adalah induk dari BRIS, yaitu BMRI, BBRI, dan BBNI.
“Selain itu, ketika fundamental kinerja BRIS terbukti sangat baik, maka saham BRIS menjadi incaran banyak investor,” katanya.
Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan bahwa investor asing semakin percaya pada kinerja fundamental perusahaan dan kinerja sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Ini menunjukkan bahwa kehadiran BSI sejak 2021 sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi syariah memiliki dampak yang signifikan.
“Kepercayaan investor asing yang merupakan institusi terkemuka di bidang investasi ini merupakan bukti kepercayaan yang luar biasa bagi BSI. Ini membuktikan bahwa kinerja kami yang tumbuh secara konsisten memiliki potensi nilai ekonomi di masa depan,” kata Erick.
Erick menyatakan bahwa pemerintah awalnya menargetkan BSI masuk dalam 10 besar bank syariah dunia berdasarkan kapitalisasi pasar pada 2025. Namun, realisasinya lebih cepat dari yang diharapkan, menunjukkan bahwa BSI memiliki ketangguhan yang tinggi dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi.
“Prestasi BSI ini membuktikan Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim memiliki bank syariah terbesar dengan kinerja fundamental yang kuat. BSI berhasil mempertahankan pertumbuhan keuangan yang kuat di tengah tantangan dan ketidakpastian ekonomi global karena meningkatnya ketegangan geopolitik dunia,” ujar Erick.
Kesuksesan BSI dalam mempertahankan kinerja positifnya tercermin dalam pertumbuhan laba yang mencapai 33,88% (year-on-year) menjadi Rp5,70 triliun hingga kuartal IV/2023. Kontributor utama dari pertumbuhan positif BSI adalah pembiayaan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), dan pertumbuhan dana murah yang mencapai dua digit, serta strategi responsif dan model bisnis yang fleksibel dan terdigitalisasi.
Pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (13/3), saham BRIS dibuka pada harga Rp2.610 dan ditutup pada Rp2.850, naik 9,62%. Dengan penutupan tersebut, harga saham BRIS telah naik sebesar 63,79% sejak awal tahun 2024 (Year-to-Date) atau naik 114% dalam satu tahun. Dengan harga saham BRIS saat ini, target harga konsensus dari para analis di Bloomberg sebesar Rp2.540 telah terlampaui.
Di sisi lain, Hery menjelaskan bahwa untuk mempertahankan kepercayaan publik, BSI terus melakukan pembaruan kepada investor potensial baik yang sudah memiliki saham BRIS maupun yang belum, melalui berbagai kegiatan konferensi dan non-deal roadshow (NDR).
“Kami akan terus meningkatkan kinerja kami untuk menjaga kepercayaan ini. Kami ingin menjadikan BSI sebagai salah satu bank transaksional terbaik di segmen ritel dan grosir,” tegas Hery.
Di segmen ritel, BSI terus meningkatkan infrastruktur dan inovasi, dengan menambah jumlah ATM, EDC, serta memperluas kanal digital untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada nasabah. Saat ini, BSI memiliki lebih dari 1.100 kantor cabang di seluruh Indonesia, lebih dari 2.500 mesin ATM, lebih dari 1.200 EDC, dan 86.200 agen laku pandai BSI Smart.
BSI juga memperkuat layanan digital melalui BSI Mobile dengan fitur-fitur yang lengkap, dalam upaya untuk melampaui perbankan syariah. Selain transfer antar bank dan pembukaan rekening secara online, BSI Mobile juga dapat digunakan untuk mengajukan pembiayaan secara online, termasuk pembiayaan gadai emas, cicilan emas, mitraguna, dan otomotif. Selain itu, BSI Mobile juga menyediakan layanan Islami, top up wallet, e-commerce, serta pembayaran zakat, infak, dan shadaqah (ZISWAF).
Di segmen grosir, BSI baru-baru ini memperkuat layanan digital dengan meluncurkan platform transaction banking. Platform ini, yang menggunakan konsep ‘single sign-on’, menyediakan solusi transaksi finansial yang efisien, aman, dan mudah diakses bagi nasabah untuk layanan Cash Management, Value Chain, FX, dan Trade Finance dengan sekali klik.
Upaya BSI untuk menjaga pertumbuhan bisnisnya telah mendapat apresiasi positif. Baru-baru ini, berdasarkan data kepemilikan saham Bloomberg, beberapa investor asing, seperti Dimensional Fund Advisors LP, sebuah lembaga investasi yang berbasis di Austin, Texas, Amerika Serikat (AS), SEI Investments Co., sebuah perusahaan jasa keuangan dari Oaks, Pennsylvania, AS, RWC Partners Ltd, BlackRock Inc, dan UBS AG, telah aktif membeli saham BRIS. Pada sesi perdagangan I, Kamis (14/3/2024), saham BRIS kembali melonjak ke level harga baru yaitu Rp2.910 per lembar saham. Kapitalisasi pasar BSI pada sesi perdagangan tersebut mencapai Rp132,89 triliun.(BY)