Jakarta – Hyundai, produsen otomotif yang aktif menghadirkan model-model listrik baru dengan berbagai inovasi, disebutkan belum sepenuhnya mengalihkan fokusnya dari mobil bertenaga bensin. Hal ini muncul karena kurangnya pembaruan pada model-model bermesin pembakaran internal (ICE) yang dikeluarkan oleh pabrikan Korea Selatan tersebut.
Wakil Presiden Senior Perencanaan Produk Hyundai, Olabisi Boyle, menegaskan bahwa Hyundai tidak akan meninggalkan pengembangan mesin bensin. Meskipun EPA telah menerbitkan peraturan baru yang mengatur tentang batasan emisi yang cukup ketat di beberapa negara.
Boyle menyatakan bahwa Hyundai merencanakan pendekatan “dual-pronged” yang akan menyediakan beragam opsi bagi semua konsumen. Dia yakin bahwa rencana ini dapat terwujud dalam tiga hingga empat tahun ke depan.
Sebagai informasi tambahan, EPA bertujuan untuk mengurangi emisi CO2 dari seluruh kendaraan penumpang hingga hampir 50 persen pada tahun 2032. Diperkirakan, antara 30 hingga 56 persen dari kendaraan yang dijual harus menggunakan tenaga listrik untuk memenuhi standar tersebut.
Sementara Hyundai memiliki target sekitar 45 hingga 55 persen model kendaraan yang dijual akan bertenaga listrik berbasis baterai pada tahun 2030. Namun, dalam jangka pendek, Hyundai tetap menegaskan bahwa mobil hybrid dan ICE akan terus memainkan peran besar dalam penjualan mereka.
Namun, perusahaan harus mengambil langkah-langkah strategis dalam menerapkan rencana ini. Sebagai contoh, Hyundai Santa Fe 2024 yang telah direkayasa ulang akan menawarkan mesin 2,5 liter dan powertrain hybrid 1,6 liter. Berbeda dengan model sebelumnya, di mana tidak ada plug-in hybrid dalam lini produknya.
Boyle menjelaskan bahwa keputusan ini diambil untuk fokus pada segmen volume yang lebih besar dan menawarkan plug-in hybrid dengan harga yang lebih terjangkau. Akibatnya, powertrain plug-in hybrid akan tersedia dalam model Tucson.
Penempatan strategis pada PHEV dan HEV sangatlah penting dalam jangka pendek. Peningkatan pada PHEV, seperti meningkatkan jangkauan listrik murni dari 30 mil (48 km) menjadi 100 mil (161 km), dapat menjadi peluang yang signifikan untuk masa depan.
Sementara itu, Hyundai terus memperluas jajaran kendaraan listriknya. Dalam waktu dekat, Ioniq 7 akan diluncurkan sebagai SUV listrik besar. Namun, menurut laporan Autonews, mobil ini telah diubah namanya menjadi Ioniq 9, yang akan menggunakan platform yang sama dengan Kia EV9.
“Kami harus mematuhi persyaratan dari EPA, tetapi juga harus memenuhi kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu, kami memerlukan strategi yang dapat menangani kedua hal tersebut. Ini berarti kami akan menyediakan beragam opsi, termasuk kendaraan ICE, hybrid, dan PHEV yang lebih efisien dalam konsumsi bahan bakar,” ujar Boyle.(BY)