Rombongan wartawan dan perwakilan Pemko Padang Panjang foto bersama dengan pejabat Pemko Sibolga, usai menggelar silaturahmi dan diskusi di Aula Gedung Nusantara I Kantor Walikota Sibolga.(ist) |
PADANG PANJANG – Puluhan orang wartawan bersama jajaran Pemko Padang Panjang, 9-12 Desember 2021, melakukan kunjungan persahabatan, menjalin silaturahmi, sekaligus berbagi pengalaman dengan Pemko Sibolga dan Pemkab Tapanuli Tengah.
Kota Sibolga yang dahulu pernah jadi ibukota Keresidenan Tapanuli, lalu berlanjut jadi ibukota Tapanuli Tengah yang kini sudah pindah ke Kota Pandan, menyedot perhatian jurnalis dari Kota Serambi Mekah, karena didapat informasi, ada banyak Si Minang –sekadar memberi istilah untuk perantau asal Sumatra Barat—di kota pelabuhan terbesar di pantai barat Sumatra itu.
Bukan saja di pusat-pusat perdagangan dan jasa, Si Minang juga ditemukan di lingkungan pejabat pemerintahan kota. Tersebutlah dua pejabat penting asal Kabupaten Solok menduduki posisi eselon II. Mereka sudah puluhan tahun berdomisili di kota itu.
Keduanya adalah Asisten II Setdako Sibolga Hendra Darmalius dan Staf Ahli Bupati Sibolga, Yasman. Sejak diangkat jadi PNS dan bertugas di Kota Sibolga, sudah berbagai jabatan dipercayakan kepada keduanya.
‘’Sibolga ini adalah Negeri Berbilang Kaum. Warga kota berasal di berbagai etnis. Orang Minang juga banyak di sini, mulai dari pegawai pemerintahan, sampai kepada pelaku bisnis dan jasa. Di pasar-pasar dan pusat perdagangan lainnya, dengan mudah kita bisa menemukan perantau Minang. Kebanyakan di antara mereka sudah jadi warga kota Sibolga,’’ sebut Yasman dan Hendra.
Saat ‘diperintahkan’ mewakili Walikota Sibolga H. Jamaluddin Pohan dan Wakil Walikota Pantas Maruba Lumban Tobing, menyambut kunjungan wartawan dan jajaran Pemko Padang Panjang, Hendra menyebut, warga asal Padang Panjang dan Tanah Datar juga banyak bermukim di Sibolga.
‘’Dari 15 etnis besar warga Kota Sibolga, terseliplah etnis Minangkabau. Perantau asal Sumatera Barat ini kebanyakan sudah menjadi warga Kota Sibolga. Mereka menekuni usaha perdagangan dan jasa. Etnis lain yang ada di kota ini adalah Batak Toba, Pesisir, Mandailing, Jawa, Nias, Tionghoa, Melayu, India, Simalungun, Karo, Aceh, Angkola, Padang Lawas, Bugis,’’ jelasnya.
Warga dari berbagai etnis itu hidup rukun damai, berdampingan, saling pengertian, dan saling mengukuhkan. Sibolga berhasil tumbuh menjadi kota nusantara dengan julukan Negeri Berbilang Kaum, kendati wilayahnya tidak terlalu luas. Sibolga dan Padang Panjang sama-sama masuk kategori kota paling kecil di Indonesia.
Pada pertemuan di Gedung Nusantara I Kantor Walikota Sibolga itu, Asisten II Pemko Padang Panjang H. Iriansyah Tanjung, Kepala Dinas Kominfo H. Ampera Salim, dan Kepala Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Padang Panjang H. Jasriman menyatakan bangga atas berkembangnya Sibolga menjadi kota penting di sektor pelayaran dan perikanan.
Dengan majunya perekonomian Sibolga, sebut Iriansyah, maka para perantau asal Padang Panjang juga dapat menikmati, dalam usaha meningkatkan kesejahteraan. Mereka kini sudah menjadi bagian penting dari setiap denyut nadi ekonomi dan geliat kehidupan kota.
Iriansyah juga menjelaskan, dipilihnya Kota Sibolga sebagai tujuan studi banding, khususnya di bidang penyebarluasan informasi, karena ditemukan banyak kesamaan. Sama-Sama kota kecil dengan APBD yang juga kecil, sehingga perlu saling diskusi strategi pengelolaan informasi, dalam anggaran yang begitu kecil.
Dalam sambutannya, walikota Sibolga mengucapkan selamat datang dan terima kasih kepada Pemko dan insan pers Padang Panjang, karena datang melakukan studi banding penyebarluasan informasi publik di Kota Sibolga. Walikota berharap, strategi penyebarluasan informasi publik yang dilakukan Pemko Sibolga, melalui Dinas Kominfo bermanfaat bagi peningkatan penyebarluasan informasi di Kota Padang Panjang.
Sebelum berkunjung ke Pemko Sibolga, rombongan juga bersilaturahmi dengan jajaran Pemkab Tapanuli Tengah, bertempat di Kantor Dinas Kominfo yang terletak di Kota Pandan.
Rombongan juga berziarah ke Makam Papan Tinggi tempat Syekh Mahmud bin Abdurrahman bin Muaz bin Jabal dikuburkan. Beliau adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang tercatat sebagai pembawa Islam pertama ke kepulauan Nusantara, yakni pada keenam atau ketujuh masehi. Ziarah juga dilakukan ke Makam Al-Mahligai, tempat ratusan ulama asal Timur Tengah yang mengembangkan Islam ke seluruh dunia bermakam.
Perjalanan religius yang terpusat di Barus Kabupaten Tapanuli Tengah itu, juga dilengkapi dengan mengunjungi tugu Titik Kilometer Nol Peradaban Islam Masuk Nusantara dan pelabuhan kuno Kota Barus. Rombongan dari Kota Serambi Mekah ini, juga menikmati kelap-kelip lampu beraneka warna yang menghiasi jembatan Hamzah Al-Fansuri, ikon baru Kota Barus yang menyedot ratusan orang datang ke sana untuk menikmati malam.(mus)
Editor : Yuniar