Tim Resor KSDA Agam mengumpulkan data dari warga yang menemukan puluhan babi mati secara mendadak, Sabtu (4/12) |
LUBUK BASUNG – Puluhan ekor babi liar di Maua Hilia, Jorong Kayu Pasak Timur, Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat ditemukan mati secara mendadak. Diduga penyebab kematian babi ini akibat African Swine Fever (ASF) atau virus flu Afrika pada awal November 2021.
Seorang warga Maua Hilia, Peli (40) mengatakan, puluhan babi liar ini ditemukan mati di beberapa titik lokasi di kebun miliknya.
“Babi itu saya temukan dalam kondisi membusuk di beberapa lokasi satu bulan lalu,” katanya, Sabtu (4/12/2021).
Dia mengaku menemukan bangkai babi saat membersihkan kebun dan mencium aroma tidak sedap saat bekerja. Saat mencari sumbernya, ditemukan berasal dari tiga ekor bangkai babi.
“Saya menemukan bangkai babi di beberapa lokasi dengan jumlah 15 ekor,” katanya.
Beberapa hari setelah itu, dia juga menemukan bangkai babi di lahan pertanian miliknya. Atas temuan tersebut, dia merasa kaget ada babi yang mati dengan jumlah cukup banyak sehingga mencoba menanyakan kepada warga lain apakah ada pemburu di daerah tersebut.
“Kalau ada orang yang berburu, maka babi yang mati hanya satu sampai dua ekor dan bangkai itu pasti terluka. Sementara bangkai babi yang saya temukan tidak ada yang terluka,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Resor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam Ade Putra mengungkapkan, tim sedang mengumpulkan data mengingat kejadian sudah berlangsung satu bulan lalu dan akan berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya.
“Kondisi bangkai babi sudah rusak dan kami sedang berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya,” ujar Ade.
Sebelumnya di Kabupaten Pasaman Barat juga dilaporkan puluhan babi mati secara mendadak pada 2020. Pada 2019, Kementerian Pertanian menyatakan Indonesia dalam siaga satu menghadapi virus ASF. Berbagai langkah disiapkan dengan melibatkan para pihak dalam upaya mencegah dan penanganannya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian Agam Farid Muslim menambahkan, kematian babi secara mendadak belum bisa dipastikan terpapar virus ASF karena perlu uji laboratorium terhadap sampel organ tubuhnya.
“Kami belum dapat memastikan apakah babi itu terpapar ASF,” katanya.
Tanda-tanda klinis ASF berupa kemerahan di bagian perut, dada, scrotum, diare berdarah, berkumpul bersama dan kemerahan pada telinga, demam (41 derajat celsius), konjungtivitis, anoreksia, ataksia, paresis, kejang, kadang-kadang muntah, diare atau sembelit. ASF dapat menyebar melalui kontak langsung, serangga, pakaian, peralatan peternakan, kendaraan dan lainnya. (Heri)
Editor : Edwardi