Dr. Bakhtiar |
Padang Panjang – Muhammadiyah saat ini berhadapan dengan beragam masalah, baik internal maupun eksternal. Untuk diperlukan diagnosa masalah dan solusi yang tepat.
‘’Masalahnya itu banyak dan perlu didiagnosa cermat, pembedahan persoalan secara objektif. Lalu diobati dengan resep yang tepat,’’ kata Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat Dr. Bakhtiar, Selasa (30/11), yang dihubungi secara virtual dari Padang Panjang.
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang itu menyatakan, dirinya telah melakukan telaahan terhadap permasalahan yang dihadapi Muhammadiyah, baik secara pribadi maupun dalam kapasitasnya selaku wakil ketua PWM, yang salah satu urusannya adalah pembinaan cabang dan ranting Muhammadiyah di Ranah Minang.
‘’Ke depan, diperlukan anggota pimpinan yang sudah berproses perkaderan atau pengalaman dalam berorganisasi Muhammadiyah, baik melalui organisasi otonom, maupun lewat pimpinan daerah, cabang, serta majelis dan lembaga yang kuat secara kolektif,’’ sebutnya.
Sejalan dengan itu, tegasnya, diperlukan pula kepemimpinan dengan latar belakang profesi dan pengalaman yang berbeda, terutama dalam hal keulamaan tarjih, cendekiawan, mubaligh, praktisi pendidikan, praktisi hukum, politisi dan birokrat, praktisi ekonomi, praktisi kesehatan, penggiat cabang ranting, penggiat kaderisasi, dan representatif Angkatan Muda.
Menurutnya, para pimpinan Muhammadiyah sepatutnya pula adalah orang yang punya pandangan dan persepsi yang sama, dalam melihat keadaan Muhammadiyah saat ini dan ke depan, memiliki hubungan emosional yang kuat, memiliki soliditas dan solidaritas yang kuat antara pimpinan.
Jangan lupa, tuturnya, pimpinan itu harus memiliki komitmen keikhlasan, waktu, dan daya gerak. Jika diperlukan, masing-masing calon pimpinan menandatangani pakta integritas.
Bakhtiar menyebut, ke depan gerakan sepatutnya lebih fokus pada konsolidasi dan menguatkan ke dalam (internal), terutama aspek pendidikan, kaderisasi, ekonomi, kesehatan, cabang dan ranting.
Semua itu, tegasnya, harus dilakukan secara terprogram dan terintegrasi berbasis pada penyelesaian masalah, pembenahan, penguatan dan pengembangan persyarikatan, baik dalam konteks keorganisasian maupun amal usaha, dengan mengacu pada produk muktamar, musywil, musyda, musyca dan musyra.
Lebih jauh dari itu, mantan ketua umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Provinsi Sumatera Barat itu menegaskan, diperlukan adanya kemauan politis (political will) yang diiringi dengan kebijakan dalam mensinergikan antar amal usaha, sehingga menjadi berkembang dan maju bersama.
‘’Diperlukan juga penumbuhan dan penguatan ekonomi persyarikatan. Caranya adalah dengan menggali dan memproduktifkan semua potensi yang ada di internal persyarikatan, sehingga dapat lebih mandiri dan menghindari ketergantungan lagi pada pendonor,’’ tambahnya. Bagi Bakhtiar, kaderisasi dan penguatan ideologi dilakukan melalui ortom, amal usaha, beserta cabang ranting dengan masif dan sistemik perlu dilakukan secara berkesinambungan.
Kuat secara kolektif, ujarnya, haruslah dapat bekerjasama, dan tidak hanya sama-sama bekerja. Sebab, tegasnya, figur individu seperti Soetan Mansur, Saalah Yusuf Sutan Mangkuto, Buya Radhin Rahman, Buya Zainal Abidin Syuib (ZAS), Hamka, dan lain-lain, sesuai dengan zamannya, sekarang nyaris tidak ada lagi yang persis sama.(heri)
Editor : Yuniar