Perekonomian di Limau Manih Menggeliat

Jalan yang menghubungkan Indarung dengan Limau Manis melewati Jembatan ‘Kasih tak Sampai’. (ist)


Padang – Rampungnya jalan yang melewati jembatan ‘Kasih tak Sampai’ di Limau Manih, membuat perekonomian di daerah itu menggeliat. Jembatan ‘Kasih tak Sampai’ menghubungkan Indarung dan Limau Manih.

Marni, 34, pemilik kedai di jalan yang menghubungkan Limau Manih dan Indarung tersebut tidak begitu sibuk, Sabtu (13/11) siang. Dirinya hanya sesekali menjujai anaknya yang berumur sekitar 2 tahun.

Marni membuka usaha itu sejak 2018 lalu. Ketika jalan itu sudah dimanfaatkan banyak orang. Karena, sejak jalan itu dibuka, sejumlah rumah dan tempat usaha mulai banyak berdiri.

Rumah Marni, tepat di pendakian dari arah Indarung menuju Limau Manih. Dekat tikungan yang sedikit menanjak.

Isi kedai Marni memang tak banyak. Mulai dari kebutuhan dapur, hingga jualan makanan anak-anak. Meski begitu, sejak berjualan disana, cukup membantu perekonomian keluarganya. “Tak banyak, tapi lumayan bisa membantu keuangan keluarga,” sebutnya.

Baca Juga  DPR: Mayoritas Usaha Mikro Masih Kesulitan Dapat Modal Kerja

Marni memang hanya berjualan kebutuhan dapur. Mulai dari cabe, bawang dan sedikit bumbu masak.

Diakuinya, sejak jalan itu dibuka, daerah itu sudah ramai. Apalagi menjadi akses utama bagi warga Limau Manih yang akan melintas menuju Indarung, atau menuju Solok.

Pada ruas jalan tersebut saat ini terlihat sejumlah tempat usaha yang sudah berdiri. Mulai dari toko kelontong, bengkel las, toko serba guna.

Saat ini juga sudah berdiri Mushalla Almu’min. Usaha lainnya yang sudah berdiri nampak, outlet minuman Jelly Potter, Laundry dan depot air minum isi ulang.

Pembangunan jalan tersebut melalui waktu yang panjang. Meski sudah digagas sejak lama, tapi hingga terealisasi butuh waktu lama.

Biasanya, ketika jalan itu belum dibuka, warga yang hendak pergi ke Kelurahan Indarung harus menempuh jarak 5 km dengan melewati Gadut.

Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Limau Manis, Syarifuddin Dt. Bungsu mengatakan, jembatan tersebut sebelumnya sudah dibangun oleh PT Semen Padang sejak 1983 lalu. Namun akses jalannya tidak sampai ke Limau Manis. Akibatnya, jembatan itu berakhir di jalan buntu. “Karena jalannya tak ada itu, kami menyebutnya ‘jembatan kasih tak sampai’,” ungkapnya, Kamis (18/11).

Baca Juga  Satgas Razia Prokes di Pasar Busur, 293 Orang Terjaring

Agar jalannya bisa dibangun, KAN Limau Manis meminta bantuan pada Pemko Padang agar jalan tersebut dapat dikerjakan. Sedangkan KAN turun ke warga.

“Pada 2014, kami mengajukan ke Pemko Padang agar dapat melanjutkan pembangunan jalan tersebut. Kami meminta Walikota Padang meminta bantuan pada PT Semen Padang untuk pengerasan,” ungkapnya.

Memang tidak mudah dan membutuhkan musyawarah dan dukungan semua pihak. “Sudah sejak 2011 saya minta Pemko Padang yang membuka, turun ke warga, tapi agak lambat. Saya tawarkan membuka lahan itu dengan cara ber-Nagari. Akhirnya berhasil,” kenangnya.

Akhirnya lahan itu bisa dibuka dengan cara bernagari dan bermusyawarah. Jika ada tanaman warga yang terdampak langsung diganti. Pemko Padang yang membuka, kemudian dibangun oleh PT Semen Padang.

Baca Juga  Menilik Kasus Covid-19 di AS yang Mulai Melandai

Saat pembukaan lahan dilakukan oleh Pemko Padang, kemudian untuk pengerasan dibantu oleh PT Semen Padang. Bahkan, selanjutnya untuk betonisasi jalan itu juga dibantu PT Semen Padang.

“Dulu di lahan itu hanya sawah saja. Kita sangat bersyukur mendapatkan bantuan dari PT Semen Padang, sehingga jalan itu menjadi terbuka. Kini sudah ramai, juga menjadi akses utama. Karena warga tidak harus memutar ke simpang Gadut,” ulasnya.(von)


Editor : Musriadi Musanif

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *