Kendati terlihat santai, namun peserta diskusi Komunitas Kuflet ini berjalan serius, membahas kisah sukses Muhammad de Patra, seorang seniman muda.(ist) |
Padang Panjang – Untuk pengayaan wawasan dan pengembangan pengetahuan, Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang menggelar diskusi, Ahad (14/11), dengan menghadirkan narasumber seorang seniman muda; Muhammad de Putra.
De Putra yang dikenal memiliki berbagai prestasi itu, bercerita banyak tentang pengalamannya, termasuk di bidang kepenulisan yang disebutnya sebagai media terapi.
“Diskusi yang digelar selama dua jam tiga puluh menit ini mengupas sejarah sosok de Putra kecil yang mengantarkannya menjadi De yang dikenal hari ini,” jelas Tutur Mursidik, sekretaris Komunitas Seni Kuflet di sela-sela diskusi.
De Putra menjelaskan, proses kreatif De Putra kecil yang tumbuh dengan keterbatasan sebagai disabilitas. Saya, sebutnya, berkenalan dengan puisi secara tidak sengaja, ketika duduk di kelas tiga Sekolah Dasar.
Kala itu, sebut penerima Anugerah Kebudayaan Kategori Anak dan Remaja Tahun 2017 itu, mulai aktif membaca dan menulis puisi. Perlahan berdamai dengan kesehatan mental yang menyerang.
De Putra menambahkan, komunitas adalah ruang yang ramah untuk berkembang. Diskusi ini merupakan satu di antara ruang yang tersedia. Komunitas Seni Kuflet mendukung untuk mengenali diri setiap manusia yang tergabung di dalamnya. Kenali apa yang kita butuhkan dan apa yang dunia butuhkan.
“Saya membutuhkan kekuatan untuk bisa tumbuh seperti anak seusia saya. Diskusi mengenai sastra dan puisi, tidak semata bicara perihal bagaimana cara menulis puisi. Namun lebih tentang memilih menulis puisi. Puisi memberi kekuatan agar dia bisa menguatkan penikmat karya,” tambah De Putra yang penyair mahasiswa Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Pekanbaru merupakan kota yang menjadi saksi perjalanan kesastraan. Semenjak kecil, imbuhnya, saya mengikuti berbagai macam festival sastra yang selalu memberi semangat baru untuk terus berkarya, sehingga menyadari bahwa sastra dan menulis adalah selfhealing terbaik yang saya miliki.
Menulis mengantarkan saya bukan hanya sebagai penyair dengan lima antologi puisi tunggal, namun juga sebagai satu dari lima orang Laskar Rempah Nusantara. Menulis menjembatani bebagai pencapaian dalam hidup saya,” ungkapya.
De Putra juga menyampaikan, pandemi ini mengajarkan memiliki lebih banyak waktu dengan diri sendiri. Banyak kegiatan yang biasanya diadakan di luar rumah, sekarang beralih. Apapun kegiatannya bisa dilakukan dari dalam rumah. Tahun 2021 menyadarkan terdapat banyak kehilangan.
Ada narasi yang tidak hadir ketika ruang tatap muka dialihkan pada ruang virtual. Tapi perihal menulis, pandemik atau tidak. Bukanlah masalah. Karena menulis akan selalu mengobati setiap luka,” tuturnya.(mus)
Editor : Musriadi Musanif