Tim Dosen Fakultas Peternakan Unand saat berada di Nagari VII Koyo Talago, dalam rangka program pengabdian kepada masyarakat.(ist) |
LIMAPULUH KOTA – Bonggol pisang bila diolah sedemikian rupa, bisa men jadi pupuk organik terbaik, sehingga akan meningkatkan produksi pertanian. Sementara kotoran sapi bila tak diolah dengan baik bisa mencemari lingkungan.
‘’Kotoran ternak merupakan limbah peternakan yang menimbulkan pencemaran lingkungan jika tidak ditangani dengan baik. Dibandingkan limbah padat (feses), limbah cair (urin) masih sangat sedikit diolah menjadi pupuk organik, padahal urin mempunyai potensi yang besar sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman dengan diolah menjadi biourine atau pupuk organik cair (POC),’’ jelas Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Peternakan Universitas Andalas (Unand) Padang.
Afriani mengutarakan hal, saat melakukan pengabdian masyarakat bersama tim dosen lainnya; terdiri dari Prof. Hj. Endang Purwati, Ph.D., Rahmi Wati, M.Si., dan Yolani Utami, M.Si. tim juga didukung sejumlah mahasiswa, sementara kegiatan dipusatkan di Kelompok Usaha Mitra Blue Garden Jorong Tanjung Jati, Nagari VII Koto Talago, Kecamatan Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota.
Dikatakan, pembuatan biourine dapat dilakukan dengan penambahan mikroorganisme yang membantu perombakan (dekomposer) unsur hara pada urin, dimana biasanya masyarakat menggunakan EM4 yang dijual secara komersial. Namun, tegasnya peternak dapat membuat sendiri dekomposer ini dengan memanfaatkan limbah pertanian yang ada di lingkungan peternakan, salah satunya adalah bonggol pisang.
Menurutnya, bonggol pisang memiliki berbagai jenis mikroorganisme lokal (MOL) yang dapat berfungsi sebagai perombak, diantaranya yaitu Laktobacillus sp., Pseudomonas sp., Aeromonas., Aspergillus nigger., Azospirillium dan Azotobacter, mikroba pelarut phospat dan mikroba selulotik.
‘’Pemanfaatan kedua teknologi itu perlu disebarluaskan ke masyarakat untuk meningkatkan pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan, serta memberikan nilai tambah secara ekonomis bagi peternak. Hal ini pulalah yang melatarbelakangi Tim Pengabdian Masyarakat Skim Program Kemitraan Masyarakat Membantu Usaha Berkembang Unand untuk melakukan kegiatan edukasi pemanfaatan MOL bonggol pisang untuk pengolahan biourine sapi,’’ jelasnya.
Bonggol pisang yang merupakan limbah hasil penebangan pisang, imbuhnya, difermentasi selama 14 hari dengan menambahkan gula merah dan air cucian beras. Setelah proses fermentasi selesai, tambah Afriani, dilakukan pembuatan biourine sapi dengan menambahkan MOL bonggol pisang pada urine sapi dengan perbandingan 40:60 dan difermentasi lagi selama 14 hari.
‘’Biourine sapi dapat diaplikasikan pada tanaman dengan cara dicampurkan dengan air perbandingan 1:5, baik dengan disemprot pada daunnya, ataupun langsung disiram pada tanaman yang berguna sebagai pupuk cair. Selain sebagai pupuk cair biourine sapi juga dapat digunakan sebagai pestisida organik,’’ terangnya.
Tim dosen ini menekankan, biourine memiliki keunggulan tersendiri, yaitu mengandung mikroorganisme yang jarang terkandung dalam pupuk padat dalam bentuk kering. Peng gunaan secara terus menerus tidak akan merusak tanaman dan juga mampu mengatasi defisiensi hara dan penyedia unsur hara bagi tanaman. Biourine sapi memiliki kualitas yang tidak kalah dengan pupuk kimia yang beredar di pasaran, juga dapat menjadi alternatif untuk menghemat pengeluaran terutama bagi petani kecil.
Urin sapi, kata Afriani, memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman, karena mengandung zat untuk mengatur pertumbuhan diantaranya Indole Aceti Acit (IAA), dan bau yang khas bisa mencegah hama tanaman, sehingga dapat menjadi pestisida bagi tanaman.(mus)
Editor : Edwardi