Sumbar Terbanyak ke-5 Produksi Telur Ayam Bras di Indonesia

Erinaldi 

Padang – Produksi telur ayam bras di Sumatera Barat berada pada peringkat ke-5 di Indonesia. Namun, setahun belakangan ini terdapat kendala pada pakan ayam tersebut pada jenis jagung.

Hal itu dikatakan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Sumatera Barat, drh Erinaldi, Selasa (12/10).  

Disebutkannya, dalam setahun Sumatera Barat mampu menghasilkan sebanyak 350.000.000 Kg/setahun. Jumlah tersebut sudah mencukupi kebutuhan dalam daerah ini dan ada juga dijual ke luar Sumbar terutama Riau.

Lebih jauh disebutkan, paling banyak peternakan ayam bras petelur tersebut berada di Kabupaten Limapuluh Kota. Selain di Kabupaten Limapuluh Kota, juga banyak terdapat peternakan ayam petelur tersebut di Kabupaten Tanah Datar.

Lebih jauh disebutkan, persoalan dalam peternakan ayam bras petelur tak ada masalah karena telah dibimbing oleh perusahaan penyuplai bibit ayam tersebut.

Kendalanya hanya pada pakan jagung saja dan sudah menjadi masalah nasional. Pemerintah pusat pun telah berupaya mencarikan solusinya. Mudah-mudahan dalam jangka waktu dekat persoalan bisa diatasi oleh pemerintah pusat. “Persoalan jagung ini menjadi persoalan pemerintah pusat. Kita harapkan bisa kita selesaikan dengan cepat,” ujar drh Erinaldi.

Dijelaskan, peternakan ayam bras petelur tersebut berada pada suhu yang tak panas dan tak juga dingin.

Menurut Erinaldi, saat ini peternak ayam bras sudah ada yang mengunakan alat teknologi. Satu set alat teknologi di kandang tersebut bisa untuk mengurus 75 ribu ekor ayam yang dimulai dari pemberian makan hingga mengumpulkan telurnya. Sehingga terjadi efisiensi biaya untuk tenaga kerja dan waktu serta mampu memberikan keuntungan cukup besar terhadap peternak ayam bras petelur. Selanjutnya, di Sumbar juga cukup banyak usaha peternakan ayam bras pedaging, terutama  paling banyak terdapat di Kabupaten Padang Pariaman.

Ditambahkannya, persoalan paling utama saat ini adalah persoalan pemasaran karena kondisi masih covid-19. Akibat pemasaran telur ayam dan daging ayam tersebut yang masih rendah tersebut membuat harga telur dan daging ayam turun.

“Mudah-mudahan pandemi covid-19 bisa cepat selesai dan kondisi ekonomi bisa membaik kembali,”imbuh drh Erinaldi. (heri)

Editor : Musriadi Musanif

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *