PHRI Minta Tarif PCR Diturunkan Lagi

Ketua BPD PHRI Sumbar periode 216-2021, Maulana Yusran saat memberikan keterangan pers terkait Musda V dan harapannya pada pemerintah terkait pengembangan pariwisata daerah di tengah pandemi Covid-19. (ist)

Padang – Ketua BPD PHRI Sumbar periode 216-2021, Maulana Yusran terus mendorong pemerintah provinsi/kabupaten/kota di Sumbar untuk memperjuangkan penurunan tarif tes PCR yang kini masih memberatkan untuk perjalanan antar provinsi. 

Selain itu, dia juga meminta agar pemerintah segera menambah labor hasil pemeriksaan tes PCR tersebut, sehingga para wisatawan atau masyarakat yang ingin PCR tak perlu harus ke Padang untuk mendapatkannya.

Harapan itu disampaikannya pada saat Musda V BPD PHRI Sumbar yang dilaksanakan di Hotel Pangeran Beach, Kamis (14/10). Di Jakarta, tarif PCR sudah berada pada harga dibawah Rp500 ribu, sedangkan di Sumbar menurutnya, tarifnya masih Rp520 ribu dan labor pemerik saannya juga masih sangat terbatas. “Kita harap pemerintah daerah memperjuangkan penurunan tarif PCR ini dan menambah labor pemeriksaaan, setidaknya di daerah wisata Padang dan Bukittinggi,” pintanya.

Baca Juga  Harga Emas Antam Hari Ini 13 Juli, Turun Jadi Rp946 Ribu

Ketua Umum PHRI Pusat, Hariyadi B. Sukamdani malah mendorong pemerintah pusat agar menurunkan tarif tes PCR hingga Rp200 ribu/sekali tes, supaya tidak lagi memberatkan bagi perjalanan wisata atau pun bisnis dan sebagainya. Malah, untuk perjalanan dari Sumatra ke Jawa dia juga meminta agar tidak lagi memakai tes PCR, tapi cukup dengan antigen sebagaimana sudah digunakan untuk perjala nan Jawa-Bali. “Sekarang di Jakarta, tarifnya sudah turun dibawah Rp500 ribu. Tapi, kita masih terus berupaya agar tes PCR lebih murah, turun ke Rp200 ribu dan juga berharap untuk perjalanan Sumatra Jawa dengan antigen, sehingga lebih terjangkau,” ulasnya.

 

Terbesar

Maulana Yusran yang kini menjabat Sekjen PHRI  Pusat itu juga mengatakan, Sumbar memiliki potensi MICE yang sangat luar biasa. Malah merupakan market terbesar bagi bisnis hotel dan restoran. Sebelum pandemi Covid-19 melanda, angkanya mencapai 75 persen, sisanya yang 25 persen pada market atau pasar minat khusus dan lainnya.

Baca Juga  LSP UBH Kukuhkan Pengurus Lembaga dan Asesor Kompetensi

Pria yang akrab disapa Alan itu mengakui, industri hotel dan restoran di Sumatra Barat tumbuh dan berkembang sejak pening katan kegiatan MICE baik skala nasional maupun daerah. Di Sumbar, diawal dia memimpin BPD PHRI Sumbar pada tahun 2006, ada 1.500 kamar di berbagai hotel. Namun gempa 2009 yang merusak, membuat jumlah kamar turun menjadi 800 unit. “Tapi, sekarang sudah meningkat lagi menjadi 3.000 unit kamar,” sebut Ketua BPD PHRI Sumbar tiga periode itu.

Selain berkembangnya investasi hotel dengan penambahan kamar dan juga ruang convention yang representatif dan berkualitas, pertumbuhan hotel  berpengaruh positif terhadap penyerapan te naga kerja, belanja kebutuhan pokok baik dari hasil pertanian dan perkebunan, transportasi dan berbagai kegiatan ekraf di masyarakat. “Potensi MICE juga berdampak pada tumbuhnya restoran. Berbagai macam bentuk  restoran sudah mulai hadir,” sebutnya.

Untuk itu, Alan berharap pemerintah daerah memberikan perhatian serius terhadap sektor pariwisata. Salah satunya dengan mendorong turunnya harga tes PCR agar perjalanan pelaku MICE dan lainnya tak terkendala dengan tingginya harga PCR.

Baca Juga  Dana Hibah Rp3,7 Triliun Disiapkan untuk Pariwisata NTB

Sebagai pengelola hotel dan restoran, anggota PHRI ditegaskannya sangat komit melaksanakan protokol kesehatan dan ikut mendorong percepatan “herd immunity” atau kekebalan berkelom pok. Tidak sekadar mendorong dengan kata-kata, mereka juga sudah menggelar vaksinasi massal Covid-19 pada beberapa bulan lalu. Catatan Singgalang, pada Juli 2021 lalu, ada sekitar 1.200 orang yang berpartisipasi ikut menyuk seskan program vaksinasi Covid-19 yang digelar PHRI Sumbar di Hotel Pangeran Beach. (yuni)

Editor : Edwardi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *