Sejumlah Alumni SMEA Negeri 1 Lubuk Sikapiang tamatan 1990 tengah berkumpul bersilaturrami di Perumnas Benteng, Lubuksikaping, Senin (24/10).(ist) |
Lubuk Sikaping – Hujan begitu lebat ketika mobil yang saya kemudi melintas, membela hutan Cagar Alam, Rimbo Malampah, Kabupaten Pasaman pada Senin (24/10) kemarin.
Hutan yang dulu terkenal angker itu terasa kembali menakutkan, ketika saya melihat air mengalir deras dari tebing-tebing tinggi di sisi kiri jalan. Tingginya debit air hingga tampak tidak tertampung oleh drainase.
Pada beberapa titik, air itupun terlihat meluap dan menggenangi badan jalan, sebelum kemudian meluncur deras di jurang-jurang dalam yang terdapat di sisi kanan badan jalan.
Satu hal yang saya takutkan adalah terjadinya longsor. Disamping terbannya badan jalan dan, atau bertumbangannya pohon-pohon besar. Bisa-bisa kami tertimbun, tertimpa pohon dan atau terjebak disitu.
Tapi yang pasti, siang itu, suasana di ruas jalan yang sepi tersebut benar-benar terasa mencekam. Isteri saya yang baru terbangun dari tidurnya dibangku belakang kemudi juga takut dan dia mengajak saya kembali saja ke Lubukbasung, ibukotanya Kabupaten Agam.
“Tidak,” kata saya. “Kita sudah di tengah hutan. Kembali belum tentu yang terbaik karena kondisi jalan yang akan dilewati juga penuh rintangan. Jadi, lebih baik diteruskan. Berdoa sajalah kepada Allah, semoga perjalanan kita dilancarkan dan diselamatkan sampai ketujuan.”
Alhamdulillah, hujan pun mulai meredah setelah kami keluar dari kawasan hutan cagar alam. Mengingat kawan-kawan telah lama menunggu, saya kembali memilih jalan pintas agar bisa lebih cepat sampai di Lubuksikaping, kota dimana saya dulu pernah dibesarkan.
Dari Simpati (Simpang Alahan Mati) ke Lubuksikaping kami lewati labuah puncak Koto Tangah. Keluar di daerah Bateh, Muaro Mangguang, Nagari Tanjuang Baringin.
Hanya beberapa menit, saya bersama isteri dan anak akhirnya sampai juga di Perumnas, Benteng. Rumah salah seorang teman, tempat kawan-kawan sealumni menggelar pertemuan.
Bertemu kawan-kawan yang diantaranya ada yang sudah lebih 31 tahun tidak pernah berjumpa terasa benar-benar menyenangkan. Ada rasa bahagia disitu. Lebih senangnya, ada pula guru kami yang hadir, yaitu Bapak Yohanes dan Mayzamri.
Acara silaturrahmi yang ditandai dengan jamuan makan siang, makan ikan bakar itu, tampak berlangsung semarak. Penuh gurau, canda dan kelakar. Semua merasa muda. Padahal sudah banyak yang beruban dan ompong.
Gelak tawa di rumah Darmadi-Yunelmita itu terdengar sampai ke beberapa deretan rumah tetangga. Heboh, memang. Tampak lebih heboh ketika masih sekolah dulu, yaitu di SMEA Negeri 1 Lubuk Sikaping yang sekarang telah berubah jadi SMK.
Pertemuan silaturrahmi alumni 1990 tersebut sebenarnya sudah berlangsung beberapa kali. Namun, saya baru sekali itu bisa hadir dan, itu pun sudah sering diwanti-wanti oleh temang-teman.
Cukup banyak yang dibicarakan. Tak hanya sekadar bernostalgia dan berkisah tentang perjalanan hidup setamat sekolah, tetapi juga bagaimana para alumni seangkatan bisa terus menjalin komunikasi. Bisa saling bertegur sapa, silau manyilau serta berbagi dalam suka dan duka.
Dalam beberapa tahun perjalanan, paguyuban alumni tersebut terasa benar manfaatnya. Apalagi dengan adanya aplikasi What App. Semua kini bisa berkomunikasi setiap hari. Setiap ada kabar baik, kami bisa saling ‘baimbauan.’ Begitu pula ketika ada kabar buruk, juga saling ‘bahamburan.’
Sekitar sebulan yang lalu, misalnya, ketika ayah saya meninggal, teman-teman sealumni pun turut berhamburan. Ada yang datang, mendoakan surga buat ayah saya dan ada pula yang mendoakan agar kami yang ditinggal sabar menghadapinya.
Sudah menjadi kesepakatan bagi alumni SMEAN 1 Lubuksikaping untuk menjenguk teman-teman, suami teman dan anak teman yang sakit. Serta bertakziya ke rumah teman, suami teman, orangtua teman dan anak-anak teman yang meninggal.
Alumni 90 SMEA Lusi yang sekarang dikoordinir oleh Azwir bersama Taufik dan Rohayati tersebut, sepertinya memang masih perlu dibesarkan lagi. Masih sangat banyak dari alumni seangkatan yang belum terakomodir dalam perkumpulan yang sudah terorganisasi tersebut.
Menurut Taufik, jika semua terakomodir, ikatan alumni tersebut bisa lebih besar dan kebesarannya bisa lebih bermanfaat buat bersama. “Mudah-mudahan, kedepan kita juga bisa bersumangsi buat sekolah,” katanya.
Makna terpenting dari temu Alumni 90 SMEAN 1 Lubuksikaping, Senin kemarin adalah terjalinnya silaturrahmi antar sesama. Melalui temu silaturrahmi, mereka bisa saling berbagi rasa, suka dan duka.
“Disini kita bisa duduk bersama, tanpa memandang strata kehidupan dari masing-masing. Semua sama. Sakit kawan, sakitnya kita. Untuk itu, mari kita kuatkan terus ikatan alumni ini,” ujar Endang Saputra.
Harapan yang sama juga disampaikan oleh guru kami, Yohanes. Bapak yang sudah satu tahun pensiun itu pun mengaku turut bahagia melihat kami yang selalu kompak dalam situasi apapun. (melati)
Editor : Musriadi Musanif