![]() |
| Ketua Pelaksana Pengabdian kepada Masyarakat, Budi Syahri, M.Pd.T., menyerahkan mesin Power Thereser kepada Ketua Keltan Rawang Sago. (ist) |
Dharmasraya – Dharmasraya merupakan kabupaten yang terkenal dengan luasnya lahan pertaniannya. Kawasan yang datar dan subur menjadikan daerah ini memiliki potensi besar dalam perkembangan bidang pertanian.
Saat ini, ada tiga sektor bidang pertanian yang sedang berkembang di Dharmasraya, yaitu kelapa sawit, karet dan padi. Untuk pertanian padi, kebutuhan air sudah dipenuhi oleh irigasi, karena hampir seluruh kawasan di kabupaten itu sudah teraliri irigasi, sehingga setiap tahunnya masyarakat dapat melakukan cocok tanam padi sebanyak tiga kali dalam setahun.
Namun, untuk meningkatkan gairah pertanian padi perlu adanya dukungan semua pihak dari pemerintahan, akademisi dan swasta. Berpijak dari hal itu dan sebagai upaya mendukung pertanian padi, Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Padang (UNP), Budi Syahri, M.Pd.T., bersama Dr. Refdinal, MT., dan Drs. Abdul Aziz, M.Pd., melakukan inovasi mesin Power Thereser yang dapat membantu pekerjaan petani padi pada pasca panen.
Ketua Pelaksana Kegiatan Pengabdian Masyarakat, Budi Syahri, M.Pd.T., mengatakan, pihaknya memberikan Mesin Power Thereser secara langsung kepada Kelompok Tani (Keltan) Rawang Sago yang berada di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasyara. “Kegiatan ini merupakan Pengabdian Kepada Masyarakat yang merupakan kewajiban seorang dosen dalam tuntutan tridarma perguruan tinggi yang didanai PNBP LP2M UNP,” katanya kepada Singgalang, kemarin.
Kegiatan serah terima dihadiri oleh tokoh masyarakat dan pejabat kenagarian. Kebahagiaan masyarakat kelompok tani yang menyambut kedatangan mesin Power Thereser membuktikan tingginya keinginan mereka mendapatkan perhatian untuk mendukung pekerjaan mereka dalam menghasilkan padi.
Power Thereser disampaikan Budi adalah alat yang digunakan memiliki keunggulan yang mampu memisahkan padi berisi dengan padi hampa dengan efektif karena memiliki konsep lorong hembus. “Kemampuan proses perontokan dengan menggunakan mesin 300 kg gabah perjamnya,” katanya.
Dengan alat itu, diharapkan bisa membantu para petani di sana yang selama ini sebagian masyarakat melakukan perontokan dengan proses tongkang atau memukulkan padi ke kayu yang di kisi-kisi. “Memang di sana ada beberapa mesin perontok yang beroperasi, tapi itu milik perorangan. Biaya perontokan bila diupahkan harganya Rp35 ribu perkarung,” paparnya.
Sementara itu, Wali Nagari Koto Baru, Z. Lubis menyampaikan terima kasih atas pengabdian dosen kepada masyarakat yang dilaksanakan di nagari yang dipimpinnya.
“Kami berterimakasih atas bantuan ini. Keberadaan kenagarian kami yang jauh dari pusat kota provinsi dan jauh dari UNP bisa mendapatkan perhatian dari pihak akademisi. Ini merupakan kebanggan dan penghargaan bagi kami masyarakat Koto Baru,” pungkasnya sukacita. (veri)












