Pandemi virus corona di Thailand.(ist) |
Jakarta – Pemerintah Thailand memperketat pembatasan setelah angka positif harian Covid-19 melampaui 10.000 kasus dan kematian mencatatkan rekor 141 jiwa pada Sabtu (17/7).
Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-ocha memperingatkan warga akan adanya sejumlah peraturan tambahan. Thailand saat ini memberlakukan jam malam di Bangkok dan beberapa provinsi lainnya.
Thailand pada Jumat (16/7) juga mencatat rekor kasus harian Covid-19 sebanyak 9.692 orang.
Sebagaimana yang dilaporkan Associated Press, Prayut telah mengatakan bahwa pemerintah berencana memberlakukan pembatasan lebih ketat untuk membendung penyebaran wabah Covid-19 lewat pengumuman yang disampaikan lewat akun Facebook.
“Saya ingin semua orang sadar bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah segera memberlakukan pembatasan yang lebih ketat. Semua orang akan terpengaruh dan merasa tidak nyaman dalam banyak hal,” ujar Prayut Chan-ocha, sebagaimana dikutip cnnindonesia.
Pemerintah Thailand mencatat Kasus Covid-19 di Bangkok dan provinsi sekitarnya mengalami lonjakan.
Untuk itu, pemerintah Thailand akan memberlakukan langkah-langkah tambahan, mulai dari melarang pertemuan dan kegiatan apa pun yang dapat menyebarkan virus termasuk melarang demonstrasi anti-pemerintah.
Selanjutnya, warga yang melanggar akan dikenai hukuman dua tahun penjara atau denda hingga 40.000 baht (Rp177 juta).
Lebih lanjut, dia mengatakan beberapa peraturan tambahan lainnya antara lain membatasi mobilitas warga sebanyak mungkin, menutup hampir semua tempat yang tidak penting dan menerapkan kebijakan kerja dari rumah (WFH).
Prayut mengatakan bahwa pihaknya sedang mendiskusikan hal-hal tersebut dengan komite medis Thailand dan mempelajari kebijakan di negara lain sebelum akhirnya disepakati.
Sementara itu guna mengurangi beban kerja rumah sakit, dia juga sedang mempertimbangkan warga diperbolehkan untuk melakukan tes antigen mandiri di rumah.
Pemerintah Thailand saat ini telah melakukan sejumlah perubahan penting terkait penanganan Covid-19. Salah satunya membatasi ekspor vaksin AstraZeneca karena stok yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan vaksin dalam negeri.
Hal ini disebabkan perusahaan lokal yang ditunjuk untuk memproduksi vaksin AstraZeneca gagal mencapai target. Itu membuat rencana pemerintah Thailand untuk mencapai target 61 juta dosis vaksin harus ditunda hingga Mei mendatang.(*)