Surabaya – Dunia kesehatan kembali berduka. Seorang dokter PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair)/ RSU dr Soetomo Surabaya, dr Gesti Wira Nugrahyekti meninggal terpapar COVID-19 pada Kamis (22/7). Dr Gesti sedang hamil saat terpapar.
Dr Gesti meninggalkan buah hatinya. Usai terpapar COVID-19, bayi dr Gesti dilakukan langkah terminasi atau diputuskan lahir sebelum waktunya pada 3 Juli lalu. Keputusan berat ini diambil setelah ia dinyatakan positif COVID-19 dan harus menjalani isolasi. Dokter Gesti terpapar dalam kondisi hamil dan sedang menjalani cuti kehamilan.
Direktur RSU dr Soetomo Surabaya, dr Joni Wahyuhadi mengatakan segala upaya telah dilakukan untuk menyembuhkan dr Gesti. Sebelumnya, dr Gesti telah dirawat intensif sejak 4 Juli lalu, sebagaimana dikutip detikcom.
“Segala cara telah kita maksimalkan untuk menyelamatkan adik kita ini, Ananda Gesti. Namun Tuhan memiliki kehendak lain,” kata dr Joni dalam upacara penghormatan terakhir secara online, Jumat (23/7/2021).
Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran Unair Prof Dr Budi Santoso, dr, SpOG (K) yang memimpin upacara penghormatan menyampaikan duka mendalamnya. Meskipun upacara dilakukan secara online, namun Prof Bus, sapaan akrabnya mengatakan hal ini tak mengurangi rasa hormat dan cinta kasih kepada dr Gesti. Dia menyebut dr Gesti merupakan dokter yang hebat.
“Dokter Gesti adalah salah satu putra terbaik FK UNAIR. Beliau baru saja diterima sebagai PPDS Anestesi pada periode Januari 2021. Kami merasakan duka cita yang mendalam. Semoga pengabdiannya selama ini diganjar dengan tempat terbaik di sisi-Nya,” kata Prof Bus.
Di kesempatan yang sama, Prof Bus juga mengimbau seluruh tenaga kesehatan untuk meningkatkan kewaspadaan.
“Bagaimanapun kami harus waspada. Pandemi ini belum terkendali. Resiko transmisi tinggi. Dan demi keselamatan bersama, segala aktifitas yang melibatkan kerumunan harus disiasati,” imbuhnya.
Diketahui dr Gesti telah dirawat selama tiga pekan di Ruang Isolasi Khusus (RIK1) RSU dr Soetomo. Namun kondisinya terus mengalami pemburukan. Lalu, pada 14 Juli, dr Gesti harus menggunakan ventilator.
Pada 15 Juli, ia mengalami gagal jantung akut. Kemudian pada 17 Juli, dr Gesti mengalami shock septic dan pada tanggal 22 dinyatakan meninggal dunia.(*)