Serangan Pertama Biden, AS Gempur Pasukan Pro-Iran di Suriah

   

Ilustrasi serangan udara. (AFP PHOTO / ARIS MESSINIS)

Jakarta – Militer Amerika Serikat melancarkan serangan udara ke kelompok milisi yang didukung Iran di Suriah, Jumat (26/2) waktu setempat.

Pentagon mengatakan serangan ini merupakan instruksi langsung dari Presiden Joe Biden.

“Atas arahan Presiden Biden, pasukan militer AS melakukan serangan udara terhadap infrastruktur yang digunakan oleh kelompok militan yang didukung Iran di Suriah timur,” kata juru bicara Pentagon John Kirby dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari AFP.

Menurut dia, serangan ini merupakan respons atas serangan roket yang menghantam pangkalan militer AS di Irak beberapa pekan lalu, sebagaimana juga dikutip cnnindonesia.

Baca Juga  Vonis Terdakwa Dona Sari Dewi Ditunda

“Serangan ini sebagai tanggapan atas serangan baru-baru ini terhadap personel Amerika dan Koalisi di Irak, dan ancaman yang sedang berlangsung terhadap para personel itu,” katanya.

Seperti dikutip dari Reuters, ini merupakan serangan pertama AS semenjak dipimpin Biden pada 20 Januari lalu.

Keputusan Biden untuk menyerang Suriah, bukan Irak, setidaknya untuk saat ini, dinilai untuk memberi ruang bagi pemerintah Irak melakukan penyelidikan atas serangan yang terjadi pada 15 Februari lalu.

Menurut Kirby, serangan itu menghancurkan sejumlah fasilitas di titik kontrol perbatasan yang digunakan oleh kelompok militan yang didukung Iran, termasuk Kata’ib Hezbollah dan Kata’ib Sayyid al-Shuhada.

Sebanyak tiga roket menyerang bandara Erbil, Irak, salah satu di antaranya menghantam kompleks militer yang menjadi basis koalisi pasukan AS pada 15 Februari lalu.

Baca Juga  Bupati Suhatri Bur Buka Lomba AGSEKOR

Hujanan roket tersebut merupakan yang pertama menyasar fasilitas diplomatik AS di Irak sejak dua bulan terakhir.

Fasilitas militer dan diplomatik AS dan negara Barat kerap menjadi sasaran puluhan roket dan serangan bom sejak 2019 lalu. Sebagian besar serangan terjadi di Baghdad.

AS dan Irak menyalahkan kelompok bersenjata termasuk faksi pro-Iran Kataeb Hisbullah dan Asaib Ahl al-Haq terhadap serangan-serangan tersebut.

Kedua kelompok itu sangat menentang kehadiran tentara AS dan koalisi asing sejak 2014 itu. Koalisi AS hadir di Irak untuk membantu militer negara itu melawan kelompok ISIS.

Baca Juga  Tak Bergantung Israel, Palestina Kaji Penerbitan Uang Digital

Setelah kejatuhan ISIS, koalisi asing telah memulangkan lebih dari 3.500 pasukan, termasuk 2.500 personel AS.

Sumber koalisi menuturkan basis bagi sebagian besar koalisi asing itu berada di kompleks militer bandara Erbil.

Pada Oktober lalu, AS mengancam akan menutup kedutaan besarnya di Baghdad jika serangan roket tak berhenti. Hal itu membuat kelompok ekstremis setuju menerapkan gencatan senjata. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *