Ilustrasi. (Wana News Agency via Reuters) |
Jakarta – Iran menganggap Amerika Serikat “ikut campur” urusan dalam negeri negaranya karena Washington mengkritik pilpres pekan lalu yang dianggap tak jujur.
“Kami menganggap pernyataan AS sebagai sebuah contoh ikut campur dalam urusan dalam negeri Iran,” kata juru bicara pemerintah Iran, Ali Rabiei, pada Selasa (22/6).
L
“Kami mengecam (pernyataan AS) itu. Pemerintah AS tidak dalam posisi bisa mengomentari proses pemilu Iran atau negara lainnya.”
Sebagaimana dikutip cnnindonesia.com, dalam pemilu lalu, ulama ultrakonservatif Iran, Ebrahim Raisi, dinyatakan sebagai pemenang. Namun, pemilu tersebut merupakan pesta demokrasi dengan partisipasi pemilih terendah dalam sejarah Iran.
Dilansir AFP, setengah dari jumlah pemilih Iran yang memenuhi syarat tidak menggunakan hak suaranya dalam pilpres pekan lalu. Sementara itu, Raisi berhasil meraup 62 persen dukungan, tertinggi dari tiga pesaingnya.
Sehari setelah pemungutan suara berlangsung, Kementerian Luar Negeri AS menyayangkan bahwa warga Iran tak bisa berpartisipasi dalam “proses pemilu yang bebas dan adil.”
Iran dan AS merupakan musuh bebuyutan sejak 40 tahun terakhir. Ketegangan kedua negara terus memanas, terutama ketika mantan Presiden Donald Trump menjabat di Gedung Putih.
Di era kepemimpinan Trump, AS menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 dan menerapkan kembali serangkaian sanksi terhadap Teheran secara sepihak, padahal selama ini Iran disebut patuh perjanjian dan tak mengembangkan nuklir.
Selain itu, Trump juga memerintahkan pembunuhan komandan Pasukan Quds Garda Revolusi Iran, Qassem Soleimani, di Irak yang dinilai sejumlah pihak bisa memicu konflik terbuka antara kedua negara.
Di era penerus Trump, Presiden Joe Biden, AS ingin menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015 dengan mencoba membujuk Iran kembali ke meja perundingan.
Namun, pemerintahan Biden diduga akan menghadapi tantangan cukup berat lantaran Raisi merupakan pengkritik perjanjian tersebut.
Pada awal pekan ini, Raisi bahkan mengatakan bahwa ia tidak akan membiarkan negosiasi berlarut-larut.(*)