Harga minyak menguat ke level tertinggi dalam 2 tahun akibat terangkat sentimen penurunan tingkat pengangguran di AS. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/foc). |
Jakarta – Harga minyak naik ke level tertinggi dua tahun terakhir pada perdagangan yang bergejolak Jumat (11/6) waktu Amerika Serikat (AS).
Penguatan terjadi di tengah optimisme pasar permintaan minyak yang bakal meningkat seiring penurunan angka klaim tunjangan pengangguran baru di AS ke level terendah sejak gelombang pertama covid-19 terjadi di negara itu tahun lalu.
Mengutip Antara, Senin (14/6), minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus terkerek 30 sen atau 0,4 persen ke US$72,52 per barel. Itu menjadi menjadi penutupan tertinggi sejak Mei 2019.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli naik 33 sen atau 0,5 persen menjadi US$70,29 per barel. Itu merupakan posisi harga tertinggi sejak Oktober 2018.
Seperti diketahui, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran di AS turun ke level terendah dalam hampir 15 bulan pada pekan lalu. Di sisi lain, harga-harga konsumen meningkat kuat pada Mei karena meredanya pandemi di negeri Paman Sam.
“Data pengangguran dan tenaga kerja baru-baru ini yang diterbitkan di (Amerika Serikat) adalah tanda positif yang pasti bahwa pemulihan di negara itu semakin cepat,” kata Louise Dickson, analis di Rystad Energy.
“Lebih banyak aktivitas bisnis. Itu berarti lebih banyak konsumsi energi. Artinya ekonomi lebih baik dan bisa jadi prasyarat yang dibutuhkan untuk meningkatkan lalu lintas jalan dan udara,” katanya.
Sementara itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyatakan permintaan minyak akan naik 6,6 persen atau 5,95 juta barel per hari (bph) di tahun ini.
Perkiraan bulanan itu tidak berubah untuk bulan kedua berturut-turut.
“Harga minyak masih perlahan naik. Prospek permintaan terus menguat dan pasokan tidak selalu mengikuti,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.
Namun, Kilduff mencatat pasar sempat memperkirakan penurunan harga akan terjadi pada Kamis, jika Iran atau OPEC+ menambah pasokan global.
Analis mengatakan Iran dapat menyediakan sekitar 1 juta hingga 2 juta barel per hari (bph) pasokan minyak tambahan jika kesepakatan tercapai dan sanksi dicabut. (*)