Pembangkit listrik tenaga air raksasa Baihetan di cabang hulu sungai Yangtze, China, resmi diaktifkan untuk pertama kalinya pada Senin (28/6). Ilustrasi. (antara) |
Jakarta – Pembangkit listrik tenaga air raksasa Baihetan di cabang hulu sungai Yangtze, China, resmi diaktifkan untuk pertama kalinya pada Senin (28/6).
Dua turbin 1-gigawatt (GW) pertama proyek tersebut akan mulai beroperasi setelah uji coba tiga hari rampung dilakukan.
Proyek ini akan terdiri dari 16 unit, yang membuatnya menjadi pembangkit kedua terbesar di dunia, hanya kalah dari bendungan Three Gorges yang dijadwalkan selesai pada Juli tahun depan.
Melansir Reuters, Selasa (29/6), Baihetan dibangun oleh China Three Gorges Corporation dan terletak di perbatasan antara provinsi barat daya Yunnan dan Sichuan. Baihetan merupakan bagian dari riam bendungan di sungai Jinsha yang merupakan bagian hulu sungai Yangtze.
Meski diakui sebagai salah satu proyek rekayasa terbesar dan paling menantang di China dengan ketinggian bendungan 289 meter, Three Gorges Corporation membangun Baihetan hanya dalam empat tahun saja, sebagaimana juga dikutip cnnindonesia.com.
Berbagai media Pemerintah China memberitakan pencapaian tersebut dengan bombastis, dengan CCTV dan Xinhua berfokus pada rekayasa canggih dan kemampuan manufaktur yang diperlukan. Presiden Xi Jinping juga mendukung peresmian bendungan dalam sebuah surat yang diterbitkan kemarin.
“Sebagai proyek besar dalam program transmisi tenaga barat-timur China, Baihetan adalah proyek pembangkit listrik tenaga air terbesar dan paling sulit secara teknis yang saat ini sedang dibangun di dunia,” kata Xi.
Proyek ini merupakan bagian dari skema nasional untuk menghasilkan listrik dan mengirimkannya ke daerah yang mengkonsumsi energi tinggi di pantai timur. Pembangkit listrik juga dirancang untuk memperkuat kontrol atas aliran air selama musim musim panas yang menyengat.
Jalur transmisi listrik tegangan ultra-tinggi (UHV) yang menghubungkan Baihetan ke provinsi timur Jiangsu mulai dibangun pada akhir 2020 dan diperkirakan diluncurkan pada 2022.
UHV lain dari Baihetan ke provinsi Zhejiang, China timur, sedang menunggu persetujuan Beijing.
Provinsi di China timur dan tengah dengan populasi yang lebih besar dan ekonomi yang lebih maju telah mengalami kekurangan listrik selama periode permintaan tinggi.
Selain itu, daerah yang dulunya mengandalkan batu bara untuk pembangkit listrik berebut untuk beralih ke sumber listrik ramah lingkungan, terutama dari daerah di China barat, untuk mendorong ekonomi di tengah tekanan dari pemerintah pusat untuk memenuhi target emisi karbon.
Dalam rencana lima tahun periode 2021-2025, provinsi Sichuan membidik akan menyelesaikan pembangunan 10 proyek pembangkit listrik tenaga air dan mulai membangun tujuh pembangkit lainnya.
Di sisi lain, pemerhati lingkungan mengkritik pembendungan skala besar Sungai Yangtze dan anak-anak sungainya karena khawatir rekayasa berlebihan sungai telah menghancurkan habitat utama dan merusak dataran banjir alami. (*)