Harga Minyak Dunia Menguat Berkat Sinyal Permintaan Naik

  

Harga minyak dunia naik tipis pada perdagangan Kamis (24/6), waktu Amerika Serikat, berkat prospek peningkatan permintaan. Ilustrasi. (iStock/bomboman).

Jakarta – Harga minyak dunia menguat tipis pada Kamis (24/6), waktu Amerika Serikat (AS). Kenaikan didukung oleh berkurangnya persediaan AS dan percepatan aktivitas ekonomi Jerman.

Selain itu, harga juga mendapat dukungan dari keraguan tentang masa depan kesepakatan nuklir Iran 2015 yang dapat mengakhiri sanksi AS terhadap ekspor minyak mentah Iran.

Dilansir dari Reuters, Jumat (25/6), Brent naik 37 sen atau 0,5 persen, menjadi US$75,56 per barel setelah sebelumnya sempat menyentuh $75,78 per barel.

Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah AS West Texas Intermediate sebesar 22 sen menjadi US$73,30 per barel usai menyentuh level tertinggi US$73,61 per barel, sebagaimana dikutip cnnindonesia.

Baca Juga  43 Warga Ikuti Vaksinasi Covid-19 di Gerai Polres Padang Panjang

Rabu lalu, kedua harga acuan itu mencapai level tertinggi sejak Oktober 2018.

Jerman mencatat lompatan kondisi ritel sejak reunifikasi Jerman lebih dari tiga dekade lalu, memicu ekspektasi permintaan bahan bakar Eropa akan pulih.

Di seberang Atlantik, data resmi menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun ke level terendah sejak Maret 2020. Stok bensin AS juga mencatat penurunan yang mengejutkan.

Sementara itu, sumber dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) menyatakan organisasi telah membahas pelonggaran lebih lanjut dari rekor pengurangan produksi tahun lalu dari Agustus tetapi tidak ada keputusan yang dibuat pada pertemuan 1 Juli lalu.

Baca Juga  Gila! Pemuda di Pariaman Cabuli Bocah Perempuan di Mushalla, Aksinya Terekam CCTV

Kemudian, Iran mengatakan AS telah setuju untuk menghapus semua sanksi terhadap minyak dan pengirimannya tetapi Washington mengatakan “tidak ada yang disepakati sampai semuanya disepakati” dalam pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015.

Pemimpin Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch menilai berakhirnya sanksi Iran kemungkinan “masih bisa berbulan-bulan dan tidak berminggu-minggu lagi.”

Menteri Perminyakan India Dharmendra Pradhan pada Kamis kemarin mendesak OPEC untuk menghentikan pengurangan produksi minyak mentah secara bertahap karena harga yang tinggi memicu inflasi.

“Mengingat sentimen yang baik dan permintaan yang kuat, OPEC+ kemungkinan akan merasa mudah minggu depan untuk mengumumkan peningkatan produksi lebih lanjut, setidaknya untuk Agustus, tanpa membahayakan kenaikan yang dinikmati oleh harga minyak,” tulis analis Commerzbank.

Baca Juga  Kapolda Sumbar Kembali Salurkan Bantuan Covid-19

Sebagai informasi, Brent telah naik lebih dari 45 persen tahun ini karena pengurangan pasokan OPEC+ dan pemulihan permintaan. Beberapa eksekutif industri telah berbicara tentang minyak mentah kembali ke level US$100 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *