Harga minyak dunia menguat pada perdagangan Jumat (18/6), waktu Amerika Serikat (AS), berkat proyeksi perlambatan produksi minyak AS. Ilustrasi. (iStock/bomboman). |
Jakarta – Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Jumat (18/16), waktu Amerika Serikat (AS). Kebangkitan harga minyak terjadi usai sumber Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) melaporkan pertumbuhan produksi minyak AS diprediksi terbatas tahun ini meski harga naik.
Dilansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik 43 sen atau 0,6 persen ke US$73,51 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 60 sen atau 0,8 persen, menjadi US$71,64 per barel.
Sebagai catatan, pada Kamis (17/6), harga minyak WTI dan Brent masing-masing turun1,5 persen dan 1,8 persen. Sepanjang pekan lalu, berdasarkan kontrak bulan depan,harga WTI naik 1,0 persen dan Brent naik 1,1 persen.
Sumber OPEC mendapatkan proyeksi produksi minyak negeri Paman Sam dari pakar industri. Dengan perlambatan produksi minyak AS, kelompok produsen memiliki lebih banyak kekuatan untuk mengelola pasar sebelum potensi lonjakan produksi minyak serpih pada 2022, sebagaimana juga dikutip CNNIndonesia.com.
“Pasar minyak reli karena OPEC skeptis bahwa peningkatan produksi minyak AS akan cukup untuk mengubah rencana mereka untuk mendukung harga,” kata Analis Senior Price Futures Group Phil Flynn di Chicago.
Pada Rabu (16/6) lalu, Brent menembus harga tertinggi sejak April 2019 dan WTI ditutup pada level tertinggi sejak Oktober 2018. Kenaikan harga minyak dunia dibatasi oleh kekhawatiran berkepanjangan atas pandemi. Selain itu, penguatan dolar AS juga yang membuat minyak lebih mahal dalam mata uang lainnya.
Sumber OPEC mengungkapkan organisasi mendengar banyak proyeksi prediksi minyak 2021 dan 2022 pada pertemuan terpisah pada Kamis (17/6). Sumber industri memperkirakan pertumbuhan produksi minyak AS berkisar 500 ribu barel hingga 1,3 juta barel per hari.
“Sentimen umum mengenai (minyak) serpih akan kembali karena harga naik tetapi tidak terlalu cepat,” kata sumber di salah satu perusahaan yang menyampaikan prediksinya kepada OPEC.
Kenaikan harga minyak sendiri mendorong beberapa perusahaan energi AS kembali ke sumur mereka. Perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mencatat jumlah rig minyak, indikator awal produksi masa depan, naik delapan rig menjadi 373 rig pekan ini. Angka itu merupakan yang tertinggi sejak April 2020.
Lebih lanjut, harga minyak dunia mendapat tekanan dari prospek tercapainya kesepakatan antara Iran dan AS untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015. (*)