Liputankini.com-Cuaca ekstrim melanda Sumbar beberapa hari terakhir. Siang dan malam suhu panas. Warga gerah, kekeringan di mana-mana.
“Paneh badangkang di siang hari. Malam hari juga panas,” kata Daswir, warga Padang yang tinggal di kawasan Anduring, Sabtu (20/2/2021).
Musim kemarau mengakibatkan sawah petani sementara belum bisa diolah. Sumur juga mengering di rumah warga. Warga berharap bantuan di tengah kesulitan air bersih.
Ternyata, sampai Maret mendatang, antara Padang dengan Jabodetabek akan beda musim. Data Stasiun Meteorologi Minangkabau menyebutkan, di Padang dan sekitarnya, suhu udara 31-33 derajat celcius pada siang hari. Suhu yang panas itu berlangsung sejak awal Februari lalu.
Kepala BMKG Padang Pariaman, Sakimin menjelaskan, pada 9 Februari tercatat suhu mencapai 34,2 derajat celcius. Ini merupakan suhu terpanas yang dirasakan masyarakat.
Ada banyak faktor yang mengakibatkan suhu panas. Antara lain, matahari kembali bergerak arah ekuator dengan puncak nya pada Maret. Matahari tepat berada di atas khatulistiwa. Faktor lain, angin monsun Asia.
Sementara di Jabodetabek, BMKG menyebut puncak musim hujan belum berakhir. Diperkirakan puncak musim hujan akan terjadi sampai awal Maret.
“Sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Jabodetabek, masih berada dalam periode puncak musim hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi selama periode puncak musim hujan ini, yang diperkirakan masih akan berlangsung sampai akhir Februari, awal Maret 2021,” ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati yang diwartakan detikcom.
Dwikorita juga mengimbau kepada warga Jabodetabek untuk waspada. Sepekan ke depan, Jabodetabek akan mengalami hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.
“Untuk periode sepekan ke depan, wilayah Jabodetabek umumnya berpotensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang,” ujarnya. (ed)